Kebijakan ekspor nikel digugat WTO, Jokowi siapkan pengacara terbaik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meskipun digugat oleh Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO), Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta jajaran pemerintahan untuk tidak grogi dalam melanjutkan kebijakan melakukan hilirisasi komoditas hasil alam seperti nikel atau kelapa sawit. 

“Inilah yang dinamakan hilirisasi, industrialisasi dari bahan-bahan mentah yang dimiliki. Ini sudah dimulai, nikel sudah dimulai industrialisasi, sehingga kita setop yang namanya ekspor bahan mentah nikel,” kata Presiden Jokowi, Kamis (12/12) dikutip dari laman setkab.go.id.

Baca Juga: Jokowi optimistis kemacetan berkurang 30% pasca resmikan tol layang Jakarta-Cikampek


Presiden tidak mempermasalahkan adanya gugatan atas kebijakan pemerintah melakukan hilirisasi komoditas-komoditas itu. Kepala Negara mengajak jajaran pemerintah untuk tidak grogi dalam menghadapi gugatan tersebut.

“Ya kita hadapi. Karena memang kita ingin bahan-bahan mentah kita ini ada added value-nya, ada nilai tambahnya,” tegas Presiden.

“Ini ke situ, bukan ke mana-mana, larinya akan ke situ,” sambungnya. 

Baca Juga: Pro kontra perubahan tarif royalti tambang, pengusaha nikel protes

Karena itu, Presiden Jokowi menegaskan, untuk kepentingan nasional, untuk national interest, apapun yang diprotes negara lain akan dihadapi, tidak perlu ragu. Menurut Presiden, baru kemarin sore pemerintah merapatkan mengenai ini (digugat WTO). 

Presiden memerintahkan untuk menghadapi, dengan menyiapkan lawyer-lawyer yang paling baik, sehingga bisa memenangkan gugatan itu. “Jangan kita digugat kita keok, digugat kita keok, karena kita enggak serius menghadirkan lawyer-lawyer yang terbaik yang kita punya,” tutur Presiden Jokowi. 

Presiden Jokowi menganggap biasa gugatan tersebut dalam hidup bernegara. “Digugat ya hadapi. Tapi yang paling penting kita jangan berbelok, baru digugat saja mundur, apaan. Kalau saya nggak, digugat tambah semangat. Tapi ya jangan kalah,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .