JAKARTA. Menteri Perdagangan RI, M Lutfi mengatakan, surplus perdagangan yang terjadi pada Maret 2014 bukan lantaran volume perdagangannya yang meningkat. Menurutnya, hal itu lebih disebabkan oleh kebijakan fiskal, moneter, dan kebijakan perdagangan. “Faktornya adalah baiknya kebijakan fiskal moneter, rupiah salah satunya yang membuat bagaimana terjadi neraca perdagangan yang baik,” ungkap Lutfi ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan, Jumat (2/5/2014). “Nah ini ekspornya memang membaik, tapi di luar negeri ini kan posisinya juga lagi sulit. Artinya adalah yang diputuskan pemerintah Indonesia, baik fiskal, moneter dan perdagangannya ini artinya mujarab di dalam menjaga perekonomian Indonesia,” terang dia. Sebagai infomasi, Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja melansir perdagangan RI pada Maret 2014 kembali mencetak surplus sebesar 673,2 juta dollar AS, setelah pada Februari 2014 lalu mencatat surplus sebesar 843,4 juta dollar AS. Dari data BPS, Lutfi mengatakan, semua kebijakan fiskal dan moneter yang menyebabkan perbaikan dari neraca perdagangan tersebut harus dijaga. “Tren ke depan bagaimana supaya bisa membantu neraca transaksi berjalan, dan seluruh indikasi makro ekonomi lainnya,” ujar mantan Kepala BKPM tersebut. Lutfi menuturkan, ada beberapa trend yang menjadi perhatian. Dia melihat ternyata ada beberapa produk yang impornya tinggi, ternyata juga membantu pertumbuhan ekspor yang tinggi pula. “Kita melihat bagaimana supaya impor dari bahan baku untuk keperluan penunjang ekspor bisa distubsitusi dengan produk lokal. Contohnya, impor migas masih tinggi. Oleh sebab itu Kemendag sangat dukung substitusi impor migas dengan kewajiban menggunakan biodisel,” jelasnya. Sementara itu, untuk trend ekspor, Lutfi mengatakan ada tendensi Indonesia bakal menjadi negara industri. Dia mencontohkan, tumbuhnya industri otomotif sebagai tulang punggung andalan ekspor ke depan. “Saya yakin dalam 3-4 tahun ke depan industri otomotif jadi primadona,” ucapnya. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo ditemui di Kantor BPS, Jumat, mengatakan, harga atau nilai ekspor yang memperlihatkan perbaikan sejak Februari 2014 mendorong perbaikan neraca perdagangan. (Estu Suryowati)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kebijakan fiskal, moneter & perdagangan RI mujarab
JAKARTA. Menteri Perdagangan RI, M Lutfi mengatakan, surplus perdagangan yang terjadi pada Maret 2014 bukan lantaran volume perdagangannya yang meningkat. Menurutnya, hal itu lebih disebabkan oleh kebijakan fiskal, moneter, dan kebijakan perdagangan. “Faktornya adalah baiknya kebijakan fiskal moneter, rupiah salah satunya yang membuat bagaimana terjadi neraca perdagangan yang baik,” ungkap Lutfi ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan, Jumat (2/5/2014). “Nah ini ekspornya memang membaik, tapi di luar negeri ini kan posisinya juga lagi sulit. Artinya adalah yang diputuskan pemerintah Indonesia, baik fiskal, moneter dan perdagangannya ini artinya mujarab di dalam menjaga perekonomian Indonesia,” terang dia. Sebagai infomasi, Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja melansir perdagangan RI pada Maret 2014 kembali mencetak surplus sebesar 673,2 juta dollar AS, setelah pada Februari 2014 lalu mencatat surplus sebesar 843,4 juta dollar AS. Dari data BPS, Lutfi mengatakan, semua kebijakan fiskal dan moneter yang menyebabkan perbaikan dari neraca perdagangan tersebut harus dijaga. “Tren ke depan bagaimana supaya bisa membantu neraca transaksi berjalan, dan seluruh indikasi makro ekonomi lainnya,” ujar mantan Kepala BKPM tersebut. Lutfi menuturkan, ada beberapa trend yang menjadi perhatian. Dia melihat ternyata ada beberapa produk yang impornya tinggi, ternyata juga membantu pertumbuhan ekspor yang tinggi pula. “Kita melihat bagaimana supaya impor dari bahan baku untuk keperluan penunjang ekspor bisa distubsitusi dengan produk lokal. Contohnya, impor migas masih tinggi. Oleh sebab itu Kemendag sangat dukung substitusi impor migas dengan kewajiban menggunakan biodisel,” jelasnya. Sementara itu, untuk trend ekspor, Lutfi mengatakan ada tendensi Indonesia bakal menjadi negara industri. Dia mencontohkan, tumbuhnya industri otomotif sebagai tulang punggung andalan ekspor ke depan. “Saya yakin dalam 3-4 tahun ke depan industri otomotif jadi primadona,” ucapnya. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo ditemui di Kantor BPS, Jumat, mengatakan, harga atau nilai ekspor yang memperlihatkan perbaikan sejak Februari 2014 mendorong perbaikan neraca perdagangan. (Estu Suryowati)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News