JAKARTA. Tak seperti yang diperkirakan para ekonom sebelumnya, pada Mei 2013 ini justru terjadi deflasi bukan inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi Mei 2013 sebesar 0,03% dan inflasi tahun kalender 2,3%. Sehingga, inflasi tahunan pada Mei 2013 tercatat sebesar 5,47%. Kepala BPS Suryamin menuturkan deflasi ini adalah deflasi pertama dalam sepuluh tahun terakhir. "Pendorong deflasi ini di antaranya penurunan harga bawang merah, bawang putih, dan harga emas perhiasan," jelasnya Senin (3/6). Ia menambahkan, penurunan harga juga terjadi pada komoditas pangan lainnya seperti tomat sayur, cabai rawit, ikan segar, tempe, tomat buah, dan minyak goreng. Di sisi lain, Suryamin bilang ada beberapa komoditas lain yang mengalami kenaikan harga sehingga menghambat laju deflasi. Di antaranya, tarif tenaga listrik (TTL), gas elpiji, telur ayam ras, apel, rokok keretek filter, tarif air minum PAM, dan daging ayam ras. Jika dilihat dari komponennya, pada komponen inti terjadi inflasi 0,06%, komponen harga yang diatur pemerintah inflasi 0,96% dan komponen harga bergejolak terjadi deflasi sebesar 1,1%. Deputi bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menambahkan, intervensi pemerintah dalam komponen harga bergejolak dengan membuka kembali keran impor hortikultura menjadi faktor utama penyebab deflasi. "Meski ada kenaikan harga barang-barang yang dikendalikan pemerintah (administered price) seperti tarif tenaga listrik, rokok, dan gas elpiji namun masih bisa tertutup oleh penurunan harga bawang," kata Sasmito. Ekonom BCA David Sumual menjelaskan, inflasi yang terjadi pada beberapa bulan terakhir ini disebabkan karena kebijakan pembatasan impor hortikultura. Sehingga, ketika kebijakan tersebut direvisi dan keran impor dibuka kembali, maka harga produk hortikultura mulai turun untuk kembali ke titik normal. Tak hanya itu, "Deflasi Mei ini juga terjadi karena pengaruh penurunan harga emas perhiasan karena turunnya harga emas internasional," ungkap David. Nah, jika pemerintah benar-benar menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada pekan ketiga Juni 2013, David memperkirakan inflasi bakal merangkak naik. Hanya saja, menurutnya kenaikan inflasi yang lebih tinggi baru akan terjadi pada Juli 2013. David bilang biasanya, pada bulan Juni terjadi inflasi moderat sekitar 0,5% - 0,6%. Nah, jika pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi pada pekan ketiga Juni, inflasi akan naik di atas 0,5%. Pada Juli 2013, Sasmito bilang inflasi akan melonjak lebih tinggi ketimbang Juni. Pasalnya, selain dampak kenaikan harga BBM bersubsidi mulai terasa, pada Juli juga mulai masuk Ramadan dan tahun ajaran baru. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kebijakan hortikultura dicabut, Mei deflasi
JAKARTA. Tak seperti yang diperkirakan para ekonom sebelumnya, pada Mei 2013 ini justru terjadi deflasi bukan inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi Mei 2013 sebesar 0,03% dan inflasi tahun kalender 2,3%. Sehingga, inflasi tahunan pada Mei 2013 tercatat sebesar 5,47%. Kepala BPS Suryamin menuturkan deflasi ini adalah deflasi pertama dalam sepuluh tahun terakhir. "Pendorong deflasi ini di antaranya penurunan harga bawang merah, bawang putih, dan harga emas perhiasan," jelasnya Senin (3/6). Ia menambahkan, penurunan harga juga terjadi pada komoditas pangan lainnya seperti tomat sayur, cabai rawit, ikan segar, tempe, tomat buah, dan minyak goreng. Di sisi lain, Suryamin bilang ada beberapa komoditas lain yang mengalami kenaikan harga sehingga menghambat laju deflasi. Di antaranya, tarif tenaga listrik (TTL), gas elpiji, telur ayam ras, apel, rokok keretek filter, tarif air minum PAM, dan daging ayam ras. Jika dilihat dari komponennya, pada komponen inti terjadi inflasi 0,06%, komponen harga yang diatur pemerintah inflasi 0,96% dan komponen harga bergejolak terjadi deflasi sebesar 1,1%. Deputi bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menambahkan, intervensi pemerintah dalam komponen harga bergejolak dengan membuka kembali keran impor hortikultura menjadi faktor utama penyebab deflasi. "Meski ada kenaikan harga barang-barang yang dikendalikan pemerintah (administered price) seperti tarif tenaga listrik, rokok, dan gas elpiji namun masih bisa tertutup oleh penurunan harga bawang," kata Sasmito. Ekonom BCA David Sumual menjelaskan, inflasi yang terjadi pada beberapa bulan terakhir ini disebabkan karena kebijakan pembatasan impor hortikultura. Sehingga, ketika kebijakan tersebut direvisi dan keran impor dibuka kembali, maka harga produk hortikultura mulai turun untuk kembali ke titik normal. Tak hanya itu, "Deflasi Mei ini juga terjadi karena pengaruh penurunan harga emas perhiasan karena turunnya harga emas internasional," ungkap David. Nah, jika pemerintah benar-benar menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada pekan ketiga Juni 2013, David memperkirakan inflasi bakal merangkak naik. Hanya saja, menurutnya kenaikan inflasi yang lebih tinggi baru akan terjadi pada Juli 2013. David bilang biasanya, pada bulan Juni terjadi inflasi moderat sekitar 0,5% - 0,6%. Nah, jika pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi pada pekan ketiga Juni, inflasi akan naik di atas 0,5%. Pada Juli 2013, Sasmito bilang inflasi akan melonjak lebih tinggi ketimbang Juni. Pasalnya, selain dampak kenaikan harga BBM bersubsidi mulai terasa, pada Juli juga mulai masuk Ramadan dan tahun ajaran baru. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News