KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan pemerintah untuk mengimpor jagung disambut riang oleh peternak ayam. Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) menyambut baik keputusan dari rapat koordinasi terbatas Kemenko Perekonomian pada Jumat lalu yang menugaskan Bulog mengimpor jagung sebesar 50.000 -100.000 ton hingga akhir tahun untuk peternak ayam mandiri. Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia Singgih Januratmoko mengatakan, dengan adanya impor jagung ini diharapkan peternak ayam mandiri bisa mendapatkan harga jagung yang murah. Mengutip berita Kontan.co.id, Jumat (2/11), Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengonfirmasi, impor jagung tersebut akan mencapai 100.000 ton dan utamanya diperuntukan bagi peternak telur, dan bukan peternak ayam pedaging.
Singgih menjelaskan, jagung yang di impor Bulog tersebut semua ditujukan untuk peternak ayam mandiri bukan industri, khususnya peternak ayam layer. Karena peternak ayam broiler memperoleh pakan ternak dengan membeli dari industri pakan ternak. Sedangkan peternak ayam layer sekitar 60%-70% mereka membuat pakan ternak sendiri. “Dengan adanya impor ini diharapkan harga jagung bisa Rp 4.000 per kg sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag). Karena harga jagung saat ini masih sekitar Rp 5.300 per kg,” lanjutnya kepada Kontan.co.id, Minggu (4/11). Singgih berharap, agar impor jagung bisa segera dilakukan dan maksimal pada Desember sudah ada karena di bulan Januari 2019 merupakan panen raya. Presiden Peternak Layer (ayam petelur) Nasional Ki Musbar Mesdi juga berpendapat yang sama, diharapkan instruksi pemerintah ini bisa dilaksanakan dan dituntaskan dalam waktu cepat, sehingga minggu pertama Desember jagung impor untuk pakan ternak sudah bisa masuk dan bisa digunakan oleh peternak ayam layer. “Saya harapkan impor jagung tersebut masuk sesuai dengan komitmen bahwa beberapa minggu lagi sudah masuk dan mudah-mudahan minggu pertama bulan Desember sudah ada. Impor jagung akan sangat membantu keberlangsungan usaha industri peternak ayam telur rakyat,” ujarnya. Musbar mengatakan, jika impor jagung untuk pakan ternak tersebut tidak sesuai dengan waktu yang direncanakan atau baru akan teralisasikan pada awal tahun dikhawatirkan akan mengulang kejadian pada tahun lalu, dimana jagung yang di impor Bulog sebesar 200.000 ton tidak semuanya dibeli oleh peternak ayam mandiri. “Karena saat itu masuknya jagung impor bersamaan dengan panen raya, harga jagung di petani saat itu lebih murah dibandingkan harga jagung impor Bulog, sehingga peternak ayam layer lebih memilih untuk membeli jagung di petani lokal dan jagung yang di impor Bulog menumpuk di gudangnya,” lanjutnya.
Musbar menjelaskan, tahun ini asosiasi sudah diminta oleh Satgas Pangan untuk membuat surat berkomitmen bahwa mereka akan menyerap semua jagung yang di impor Bulog. Tapi jangan seperti tahun lalu yang direncanakan impor jagung diperuntukan untuk bulan September 2016, baru tersedia pada Januari 2017. “Asal masuknya minggu pertama Desember 2018, karena 100.000 ton hanya cukup untuk makan ternak sampai akhir Desember dibandingkan dengan kebutuhan pakan ternak yang sebulannya 180.000 ton, tapi kalau masuk Januari kejadian tahun lalu akan terulang lagi,” ujarnya. Musbar berpendapat, jagung yang diimpor nanti diharapkan sudah di bagging serta tidak curah dan Bulog bisa lebih proaktif dibandingkan tahun lalu dalam administrasi pada masing-masing Divisi Regional (Divre) Bulog yang ada di beberapa daerah, yaitu Surabaya, Semarang, Serang, Bandar Lampung, Padang, Medan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .