Kebijakan India sokong harga CPO



JAKARTA. Analis optimistis harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) bisa melanjutkan tren kenaikan. Mengutip Bloomberg, Jumat (30/9) lalu, harga CPO kontrak pengiriman Desember 2016 di Malaysia Derivative Exchange melambung 0,76% jadi RM 2.636 per metrik ton, setara US$ 638,41 per metrik ton.

Kemarin, pasar Malaysia tutup dalam rangka memperingati awal Muharram atau tahun baru Islam.

Research and Analyst Monex Investindo Futures Yulia Safrina mengungkapkan, penguatan harga CPO akhir pekan lalu ditopang terkoreksinya kurs ringgit. "Selama ringgit masih terkikis maka harga bisa naik lagi," tutur dia.


Kabar terbaru, pemerintah India memutuskan memangkas pajak impor CPO dari 12,5% menjadi 7,5% pada Oktober 2016. Tujuannya untuk mendongkrak permintaan dan memberikan suntikan tenaga bagi harga CPO global. Apalagi, India merupakan salah satu importir terbesar CPO.

Keputusan ini membuat Ivy Ng, Regional Head of Plantations CIMB, memprediksi, harga CPO di tahun 2017 bisa bergerak dalam kisaran rata-rata RM 2.600 per metrik ton. "Ini artinya tren positif pergerakan harga CPO di awal kuartal IV-2016 ini bisa bertahan hingga tahun depan," tambah Yulia.

Kenaikan permintaan CPO juga datang dari China. Laporan China National Grain and Oils Information Center menyebut China sudah memesan 750.000 ton CPO untuk dikirim pada triwulan terakhir 2016. Ini kabar positif bagi harga minyak sawit mentah.

Ekspor melempem

Meski demikian, harga CPO masih berpotensi terkoreksi. Jika indeks belanja perusahaan manufaktur di Amerika Serikat (AS) lebih buruk dari prediksi, ringgit bisa menguat dan menekan harga CPO. Konsensus analis memprediksi indeks naik jadi 50,4.

Research and Analyst Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menambahkan, laporan ekspor CPO Malaysia periode September 2016 yang melempem turut membebani harga. Data Intertek Testing Services, ekspor negeri jiran tersebut di September 2016 turun 15%, dari sebelumnya sebesar 1,62 juta ton menjadi cuma 1,37 juta ton.

Harga minyak dunia dan harga minyak kedelai, yang merupakan substitusi utama CPO, juga akan mempengaruhi harga komoditas perkebunan ini. Jika harga minyak mentah dan minyak kedelai turun, harga CPO bisa ikut merosot.

"Meski demikian, peluang harga naik Selasa (4/10) terbuka, karena memang dari sisi stok CPO Malaysia September 2016 masih kecil," tutur Deddy.

Tercatat pasokan CPO Malaysia di September 2016 hanya 1,55 juta ton. Ini sejalan dengan prediksi Direktur Godrej International Ltd Dorab Mistry yang bilang, produksi CPO Malaysia turun menjadi 17,83 juta ton sepanjang September 2016. Ini lebih rendah 10% kerimbang produksi di September 2015.

Tidak hanya Malaysia, produksi CPO Indonesia diperkirakan hanya sekitar 28,5 juta ton saja di akhir 2016 ini. Angka ini jelas merosot dibanding akhir 2015 yang mencapai 32 juta ton. "Memang kalau berkaca dari fundamental, harga CPO punya kekuatan untuk terus menanjak. Bukan tidak mungkin harga mendekati RM 2.700 per metrik ton," ujar Deddy.

Tapi Yulia memprediksi, sepanjang pekan ini CPO bisa terkoreksi ke arah RM 2.500 per metrik ton. Penyebabnya, pasokan CPO bakal naik sekitar 11 juta ton di 2016–2017. Di sisi lain, permintaan diprediksi cuma bertambah 3 juta ton.

"Tapi dalam jangka pendek, harga kembali lagi pada fundamental India yang positif dan indikator teknikal yang masih mendukung kenaikan harga," tutur Deddy.

Secara teknikal, kini harga CPO bergulir di atas moving average (MA) 50, 100 dan 200. Ini mengindikasikan potensi penguatan harga. Garis MACD juga berada di area positifm yakni di atas garis 0 dan berpola uptrend. Indikator stochastic level 55 dan RSI level 54 juga mengindikasikan kenaikan.

Karena itu, Deddy menganalisa harga CPO hari ini (4/10) akan bergerak di kisaran RM 2.600–RM 2.680 per metrik ton. Sedang Yulia memprediksi, sepekan ke depan harga CPO akan bergerak di rentang RM 2.500–RM 2.900 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie