Kebijakan non-tariff barrier efektif kurangi guyuran impor



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan non-tariff barrier yang akan disiapkan dinilai efektif kurangi guyuran impor. Syaratnya pemerintah mampu menjamin substitusi impor dalam negeri, jangan sampai dengan kebijakan tersebut justru akan menyebabkan kenaikan pada harga komoditas lainnya seperti harga pakan ternak dan kerugian konsumen.

Bhima Yudhistira, Ekonom Indef menuturkan bahwa kebijakan non-tariff barrier ini sesungguhnya mampu mengurangi guyuran impor, namun semua tergantung dari kesiapan pemerintah yang harus menjamin kesiapan substitusi impor dalam negeri

" Ini tergantung dari kesiapan substitusi impor dalam negeri juga. Jangan sampai kasus seperti impor jagung kita stop. Ternyata produsen jagung dalam negeri tidak bisa memenuhi permintaan pasar. Akhirnya yang dikorbankan harga pakan ayam naik dan konsumen juga merugi akibat kebijakan pembatasan impor jagung," ujar Bhima pada Kontan.co.id, Senin (30/7).


Selanjutnya, Bhima bilang yang selanjutnya harus diperhatikan adalah kesiapan pemerintah untuk menghadapi gugatan yang akan dilakukan oleh mitra dagang Indonesia yang merasa dirugikan akibat penerapan non tarif barrier tersebut. "Kemudian yang penting juga adalah kesiapan tim pemerintah menghadapi gugatan dari negara yang merasa dirugikan akibat NTB tersebut," paparnya.

Fithra Faisal Hastadi, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, mengatakan hal yang serupa. Walaupun kebijakan non-tariff barrier ini mampu mengurangi guyuran impor, tapi efeknya akan negatif terhadap pasar global, karena negara mitra dagang Indonesia akan merasa dirugikan dan mampu menimbulkan perang dagang dengan negara mitra dagang Indonesia. Dan secara langsung akan menghambat investasi asing yang masuk ke Indonesia.

"Bisa, namun mereka negara partner dagang kita, juga akan merasakan efek negatif yang secara langsung ke perdagangan internasional. Kalau masih non-tariff measures (NTM) yang mana itu belum menjadi NTB sifatnya kan subject to negotiation,” ujarnya.  

“Di ASEAN dan negara maju lain menerapkan NTM ini, tapi kalau NTB ini akan muncul efek seperti perang dagang. NTB ini bisa menghambat investasi juga, jadi memang harus hati-hati ,memproteksi produsen dalam negeri," ujar lanjut Fithra.

Sementara itu, Muhammad Faisal, Ekonom Core menyebutkan, penerapan NTB ini dirasa bisa meredam guyuran impor, karena sudah banyak negara maju yang menggunakan sistem ini untuk meredam impor pada saat tarif negara mereka sudah rendah.

Namun dalam penerapan kebijakan non-tariff barrier (NTB) ini diharapkan tetap mengikuti aturan-aturan yang sudah ditentukan oleh World Trade Organization (WTO) untuk melindungi konsumen.

" Tidak bisa digeneralisasi karena macamnya banyak tapi paling tidak bisa meredam. Karena di negara maju saja ini banyak dipakai untuk meredam impor pada saat tarif mereka sudah rendah. Sebagai contoh rencana menekan impor minyak sawit oleh Uni Eropa kalau terjadi memang akan sangat menekan ekspor sawit Indonesia ke sana," ujar Faisal pada Kontan.co.id. Senin (30/7).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto