Kebijakan pembatasan impor baja berdampak positif pada kinerja Steel Pipe (ISSP)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah telah mengatur pembatasan impor baja lewat Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 110 tahun 2018 tentang Ketentuan Impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya. Peraturan ini mulai berlaku pada 20 Januari 2019.

Peraturan tersebut diharapkan memberikan peluang pertumbuhan bagi industri baja nasional lantaran penggunaan baja impor akan dibatasi dan lebih mengutamakan penggunaan baja lokal.

Investor Relations PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) Johannes Edward mengatakan, pihaknya menyambut baik kebijakan dari pemerintah tersebut. "Dampaknya positif sekali karena diharapkan dapat mengurangi transaksi impor yang bersifat spekulatif sehingga harga baja dalam negeri lebih stabil," terangnya kepada kontan.co.id, Senin (21/1).


Ia juga bilang dengan kebijakan ini, ISSP menargetkan kenaikan penjualan di 2019 sebesar 20%. Target tersebut terbilang konservatif lantaran pada kuartal III-2018 lalu, ISSP baru membukukan penjualan sebesar Rp 3,38 triliun atau meningkat 25% dari periode sama tahun sebelumnya (yoy). 

Hingga akhir tahun 2018, ISSP menargetkan pendapatan sebesar Rp 4 triliun atau naik 20% dari 2017. "Alasan target penjualan di 2019 mirip dengan tahun lalu karena tahun ini kami akan lebih fokus untuk meningkatkan margin laba," lanjut Johannes.

Sedangkan dari sisi laba bersih, Johannes bilang pihaknya optimistis membukukan perbaikan kinerja laba bersih pada akhir 2018. Adapun pada tahun 2017, ISSP membukukan laba bersih sebesar Rp 8,63 miliar atau turun 92,1% yoy. Lalu untuk akhir 2018, Johannes bilang pihaknya optimistis untuk membukukan peningkatan kinerja laba bersih sekitar 100% dari tahun sebelumnya. "Laporannya masih disusun, tapi untuk target 2018 sejauh ini diyakini akan tercapai. Kalau untuk 2019, kami masih merumuskan target laba bersihnya," tambahnya.

Untuk tahun ini, Johannes bilang ISSP mengalokasian belanja modal sebesar US$ 2 juta-US$ 5 juta yang bersumber dari kas operasional. "Belanja Modalnya hanya akan dipakai untuk maintenance dan pembangunan sebuah gudang di Sulawesi. Gudang tersebut diharapkan sudah bisa dipakai pada semester II tahun ini," paparnya.

Selain itu, ISSP berencana untuk meningkatkan kontribusi ekspornya di 2019. Johannes menerangkan bahwa saat ini kontribusi ekspor ISSP masih sebesar 3%-4%.

"Tahun 2018 terutama pada kuartal terakhir, kami sukses menambah porsi ekspor didukung dengan sertifikasi Underwriters Laboratories (UL) yang kami miliki. Sehingga untuk tahun 2019 ini kami optimistis bisa menambah lagi porsi ekspor menjadi 5%-7%," tukas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi