Kebijakan Pemerintah Penting untuk Mendorong Investasi Pengembangan Energi Hijau



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dunia saat ini sedang gencar menggenjot pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT). Berbagai negara gencar mencari investasi untuk pengembangan energi hijau untuk memenuhi kebutuhan energi. Pengembangan ini dipandang semakin penting seiring melonjaknya biaya bahan bakar fosil, dipicu oleh konflik Rusia dan Ukraina.

Dalam beberapa tahun terakhir, Bank Dunia telah menginvestasikan dana lebih dari US$ 8 miliar dalam energi bersih, akses energi terbarukan dan infrastruktur terkait. Lembaga keuangan internasional ini juga membantu lebih dari US$ 20 miliar investasi swasta dalam kapasitas pembangkit energi terbarukan.

Menurut rilis Bank Dunia, pembiayaan untuk solusi energi terbarukan terdistribusi juga menunjukkan peningkatan. Total investasi untuk solusi energi terbarukan ini sudah melebihi US$ 2 miliar, sebagian besar dilakukan di kawasan Afrika Sub-Sahara.


Tapi di sisi lain, Bank Dunia juga melihat banyak negara masih kesulitan mendapatkan investasi untuk pengembangan energi hijau. Ini terutama terjadi di negara berkembang. Karena itu, masih banyak negara berkembang yang terpaksa memanfaatkan bahan bakar fosil.

Banyak negara berkembang juga tidak memiliki akses yang cukup terhadap pembiayaan untuk investasi pengembangan energi hijau. Investasi energi terbarukan dianggap mahal, selain itu harga energi yang dihasilkan juga dianggap terlalu tinggi dibanding harga energi yang dihasilkan energi fosil.

Namun, Bank Dunia saat ini melihat sudah mulai ada peningkatan minat negara-negara berkembang membangun infrastruktur modern berskala besar yang mendukung pengembangan energi hijau. Di 2020 saja, sektor swasta di seluruh dunia terlibat menginvestasikan lebih dari US$ 300 miliar untuk pengembangan energi terbarukan.

Cuma memang, nilai investasi ini masih terbilang kecil. Menurut hitungan para pakar, untuk mencapai emisi bersih nol pada 2050, perlu investasi tahunan tiga kali lipat lebih besar. Ini setidaknya harus tercapai pada 2030 nanti.

Negara berkembang yang gencar mengembangkan energi hijau dan masuk radar Bank Dunia antara lain Maroko dan India. Energi terbarukan kini telah berkontribusi hampir 40% bagi kapasitas energi terpasang di Maroko. Di 2030, kontribusi EBT ditargetkan sudah melebihi 50%.

Bank Dunia menyebut, peran kebijakan pemerintah penting untuk menggaet investasi masuk ke proyek pengembangan energi bersih. Di Maroko, kebijakan pemerintah mendukung berbagai proyek infrastruktur energi terbarukan skala besar, sehingga memberi kepercayaan bagi investor untuk menanamkan modal.

Kini Maroko memiliki Noor Ouarzazate Solar Complex, yang merupakan pembangkit listrik tenaga surya terkonsentrasi terbesar di dunia. Pembangkit tenaga surya ini tersebar di gurun seluas 3.000 hektare dengan kapasitas keseluruhan 580 megawatt (MW). Listrik yang dihasilkan cukup untuk memenuhi kebutuhan energi satu juta rumah tangga.

Indonesia juga termasuk negara yang kini gencar mengembangkan EBT. Indonesia berkomitmen melaksanakan hasil KTT COP26 di Glasgow terkait penanganan perubahan iklim. Pemerintah menargetkan bauran EBT dalam penyediaan listrik nasional bisa mencapai 23% di 2025. Pada 2060, Indonesia menargetkan bisa mencapai emisi bersih nol.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Harris Hadinata