JAKARTA. Publik saat ini tengah menanti kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI rate). Dijadwalkan, Rapat Dewan Gubernur BI akan dihelat pada 17 November 2015 mendatang. Nah, apa faktor yang paling mempengaruhi BI dalam menentukan kebijakan ini? Sejumlah analis sepakat, kebijakan suku bunga sangat tergantung pada posisi nilai tukar mata uang Garuda. Jika memang BI ingin menggunting suku bunga acuannya, maka hal itu tergantung upaya bank sentral dalam menangani pelemahan rupiah.
Sekadar informasi, saat ini, rupiah sudah rebound hingga 8,8% sejak keok ke posisi terendah dalam 17 tahun terakhir pada September lalu. Rupiah berhasil perkasa seiring langkah bank sentral yang menggelar operasi pasar uang untuk mengerek suku bunga Jakarta Interbank Offering Rate (JIBOR) ke posisi tertingginya dalam enam tahun terakhir. "Tingginya suku bunga JIBOR merefleksikan kecemasan BI bahwa mereka tidak ingin rupiah melemah terlalu dalam," jelas Rajeev De Mello, Head of Asian Fixed Income Schroder Investment Management Ltd di Singapura kepada Bloomberg. Rajeev menambahkan, BI saat ini menghadapi situasi yang sulit. "Jika suku bunga JIBOR tetap tinggi, maka pinjam meminjam antar bank akan sangat ketat dan hal itu memperlambat pertumbuhan ekonomi . Ujung-ujungnya, hal itu mengurangi efektivitas pemangkasan suku bunga," paparnya. Ekonomi mulai tumbuh Perekonomian Indonesia mulai menggeliat pada kuartal III-2015. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2015 sebesar 4,73% secara year on year (YoY).