Kebijakan suku bunga BOJ turut mengangkat rupiah



JAKARTA. Pergerakan rupiah semakin bertenaga menghadapi dollar AS. Secara tidak langsung rupiah mulai menguat sejak Bank Sentral Jepang (BOJ) menerapkan kebijakan suku bunga negatif.

Lana Soelistianingsih, Ekonom Samuel Aset Manajemen menyatakan, pergerakan rupiah mulai menguat ketika Bank Sentral Jepang (BOJ) mengumumkan penerapan suku bunga negatif 0,1% sejak tanggal 29 Januari 2016.

Di pasar Spot, Kamis (11/2) nilai tukar rupiah melemah tipis 0,06% ke level Rp 13.463 per dollar AS. Namun, jika dilihat sepanjang bulan Februari ini, rupiah telah terangkat 2,28%.


Penerapan suku bunga negatif BOJ pad akhir Januari lalu membuat yen menjadi mata uang murah sehingga banyak diburu para investor. Ketika yen menguat, maka dollar AS bergerak melemah. Imbasnya, nilai tukar rupiah menjadi berotot.

Menurut Lana, rupiah lebih mudah menguat lantaran likuiditas tidak besar. Apalagi, pergerakan rupiah juga terbantu oleh masuknya dana asing ke pasar obligasi. Sepanjang Februari 2016 saja, dana asing yang masuk ke pasar obligasi sudah mencapai Rp 10 triliun.

Sementara dari sisi permintaan, rupiah terbantu oleh pelemahan harga minyak mentah dunia. Hal tersebut secara otomatis membuat permintaan dollar AS dari Pertamina berkurang. "Tetapi lagi - lagi ini merupakan efek eksternal," ujar Lana.

Jika dilihat secara keseluruhan permintaan dollar AS di dalam negeri masih cukup tinggi, terutama untuk pembayaran utang jatuh tempo. Sementara dari persediaan belum bisa mengandalkan ekspor.

Melemahnya harga komoditas serta perlambatan ekonomi global membuat angka ekspor Indonesia menurun. "Artinya, permintaan dollar AS masih lebih besar dari persediaan, seharusnya rupiah melemah. Tetapi efek global membuat rupiah menguat," imbuh Lana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto