Kebijakan Susi turunkan stok tuna di pasar dunia



JAKARTA. Sekretaris Jenderal Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI) Dwi Agus mengatakan, walaupun volume tangkapan tuna menurun, namun dari segi pendapatan justru meningkat. Kenaikan tersebut dikerek oleh naiknya harga tuna karena berkurangnya stok di pasar dunia seiring pemberlakuan sejumlah kebijakan yang dikeluarkan Kementerian Kelautan dan Perikanan seperti, larangan transshipment dan moratorium sejak November 2014. 

"Produksi tangkapan tuna turun tapi nominal naik 12,8% dari bulan lalu (Januari). Sedangkan penurunan volume tangkapan sebesar 35%. Tangkapan tidak bisa dibilang drastis turun. Nanti baru bisa dilihat bulan Maret-April nanti," kata Dwi di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dalam diskusi dengan Menteri Susi, Jakarta, Jumat (6/3/2015). 

Menurut Dwi hal ini disebabkan negara tujuan ekspor mengalami kekurangan pasokan ikan sehingga harga komoditas ikan naik dari biasanya. "Negara pengimpor tidak ada stok ikan jadi kita ditawari harga tinggi. Kedua, harga bisa naik juga karena dollar AS naik," lanjut Dwi. 


Dwi menambahkan, kini kualitas ikan dengan mutu rendah pun juga mendapat permintaan yang tinggi. Dengan total ekspor tahun 2014 sebesar 13.699 ton untuk jenis tuna, marlin, dan swordfish. 

Berdasarkan data ATLI, perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam ATLI mengekspor ikan ke Jepang, Lebanon, USA, Singapura, Kanada, Thailand, Korea, Jerman, Filipina, Hongkong, Tiongkok, dan Vietnam. 

Sebelumnya, Menteri Susi dihadapan pejabat Kementerian Perhubungan, Senin (2/3/2015) mengatakan bahwa pasar-pasar ikan besar di Asia Tenggara kekurangan stok ikan. "Praktik illegal fishing sudah kita berantas. Sebagai bukti, daerah Songkhla, Thailand, tutup dan sepi. General Santos (Filipina) tutup dan sepi. Jadi harga ikan di pasar Asia sudah merata naik, itu karena suplai yang kurang," kata Susi. (Stefanno Reinard Sulaiman)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa