Kebijakan Trump Picu Kekhawatiran Prospek Mata Uang Utama



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberikan tekanan terhadap nilai tukar mata uang utama dunia, seperti Euro, Poundsterling, dan Yen Jepang.

Selain itu, tren pemangkasan suku bunga acuan turut berkontribusi terhadap pelemahan mata uang tersebut.  

Berdasarkan data Tradingeconomics pada Selasa (26/11) pukul 16.45 WIB, pasangan mata uang GPB/USD turun 1,01% dalam sepekan ke 1,2571, EUR/USD melemah 1,01% ke 1,5022, sementara USD/JPY turun 0,49% ke 153,953.  


Baca Juga: Pergerakan Mata Uang Asia Masih Akan Tertekan Efek Trump

Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo, menyatakan bahwa kebijakan terbaru Trump telah mengubah dinamika pasar mata uang. 

"Perdagangan saat ini lebih kompleks, tidak hanya berdasarkan data fundamental, tetapi juga dipengaruhi dinamika geopolitik," ujarnya.  

Trump memperkuat ancamannya dengan rencana kenaikan tarif impor dari China Meksiko, dan Kanada. Hal ini membuat Indeks Dolar (DXY) menguat ke level 107 pada Selasa (26/11). Namun, indeks sedikit turun setelah Trump mencalonkan Scott Bessent sebagai Menteri Keuangan, memberikan pasar rasa stabilitas.  

"Tarif perdagangan yang agresif dan deregulasi dapat berdampak signifikan terhadap dolar AS," kata Sutopo kepada Kontan.co.id, Selasa (26/11/2024). 

Baca Juga: Imbas Pernyataan Trump, Mayoritas Bursa Asia Ditutup Melemah

Ia menambahkan bahwa perang dagang balasan berpotensi menaikkan biaya konsumen Amerika dan menciptakan volatilitas di pasar mata uang.  

Euro menghadapi tekanan dari ketidakpastian ekonomi di Zona Euro, termasuk dampak perang di Ukraina dan ketidakstabilan politik di Jerman dan Prancis. Ekspektasi penurunan suku bunga sebesar 25 bps oleh Bank Sentral Eropa (ECB) turut membebani Euro.  

"Data inflasi awal Zona Euro minggu ini akan menjadi perhatian utama dan dapat memengaruhi keputusan ECB," ujar Sutopo.  

Poundsterling juga melemah mendekati level terendah enam bulan akibat lemahnya data ekonomi Inggris, termasuk penurunan penjualan ritel sebesar 0,7% pada Oktober dan inflasi tahunan yang naik menjadi 2,3%. Bank of England (BoE) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga stabil pada Desember.  

Baca Juga: Yuan China Terpuruk ke Titik Terendah 4 Bulan Selasa (26/11), Efek Janji Tarif Trump

"Pound Inggris kemungkinan tetap tertekan karena tantangan ekonomi di Inggris," kata Sutopo.  

Sementara itu, Yen Jepang relatif stabil di kisaran 154 per dolar AS, didukung ekspektasi kebijakan moneter akomodatif dari Bank of Japan (BoJ).  

"Yen Jepang dapat mengalami apresiasi jika BoJ melanjutkan kebijakan moneter akomodatif," ujar Sutopo.  

Sutopo memproyeksikan EUR/USD akan mencapai level 1,1200 pada awal 2025, GBP/USD di 1,2900, dan USD/JPY di 152.  

Baca Juga: Harga Emas Terus Merosot Akibat Penguatan Dolar dan Meredanya Ketegangan Geopolitik

"Interaksi antara kondisi ekonomi global, kebijakan bank sentral, dan perkembangan geopolitik akan membentuk prospek mata uang utama terhadap dolar AS," tutup Sutopo.  

Selanjutnya: Harga Pangan Kalteng : Cabai Merah Keriting dan Daging Ayam Ras Naik, Selasa (26/11)

Menarik Dibaca: 5 Tanda Kulit Butuh Serum Vitamin C, Apa Saja?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli