HILLSBOROUGH. Ribuan dokumen resmi terkait tragedi sepak bola berdarah tahun 1989 di Hillsborough terungkap pada Rabu (12/9). Setelah 23 tahun, dokumen-dokumen itu baru membuktikan bahwa fans Liverpool tak bersalah. Sekitar pukul 3 sore pada 15 April 1989 silam, pertandingan piala FA antara Liverpool versus Nottingham Forrest di Stadion Hillsborough, Yorkshire, berakhir dengan insiden berdarah. Dari 24.000 fans Liverpool yang datang untuk menonton, 96 orang pria, wanita, dan anak-anak tidak pulang untuk selamanya. Mereka tergencet, terjatuh, dan terinjak-injak karena stadion tak sanggup menampung seluruh fans yang membludak masuk. Hanya butuh beberapa menit saja, nyawa mereka terenggut. Di lapangan rumput, pertandingan yang baru berjalan enam menit seketika dihentikan.
Sejak hari naas itu hingga lebih dari dua dekade sesudahnya, Liverpudlians menjadi pihak yang bersalah. Mereka dituding mabuk, masuk tanpa tiket, dan melakukan aksi kekerasan. Lebih-lebih dengan terbitnya artikel di halaman muka koran The Sun yang berjudul
The Truth (Kebenaran). Dengan huruf berukuran besar, artikel itu menuding fans yang bertahan hidup telah mengencingi polisi, memukuli staf ambulans, dan mencuri dari para korban tewas. Namun, dokumen pemeriksaan setebal 450.000 halaman itu menunjukkan bahwa kesalahan bukan terletak pada fans Liverpool, melainkan pada polisi dan petugas saat itu. PM Inggris minta maaf Laporan yang disusun oleh Hillsborough Independent Panel itu menemukan bukti bahwa polisi melakukan serangkaian upaya agar kesalahan ditimpakan pada fans Liverpool. Dari 164 pernyataan polisi, terdapat 116 yang isinya diubah atau dihilangkan karena tak memihak kepolisian South Yorkshire. Perdana Menteri Inggris David Cameron membacakan laporan penemuan tersebut di depan parlemen Inggris. Mereka terkesiap mendengarnya. Cameron berkata bahwa bukti memperlihatkan polisi tak mampu mengendalikan situasi. Pertolongan darurat dan ambulans juga terlambat datang akibat kegagalan kepemimpinan dan koordinasi di lapangan. Dari hasil patologi bahkan ditemukan bukti orisinil bahwa 41 dari 96 korban berpotensi masih hidup pada pukul 03.15 sore. Ini mengandaskan hasil pemeriksaan sebelumnya yang menyatakan 96 korban itu telah mati atau mati otak pada waktu tersebut. Cameron menegaskan bahwa kekurangan yang terjadi di lapangan telah diketahui. Lapangan itu juga tak memenuhi standar keselamatan minimum “Apa yang terjadi di hari tersebut dan setelahnya adalah kesalahan,” kata Cameron. Ia menyoroti upaya polisi menutup-nutupi kejadian itu sekaligus tulisan The Sun yang menjelek-jelekkan fans Liverpool. Cameron pun meminta maaf atas ketidakadilan ganda yang dialami korban dan keluarganya. Tak ketinggalan, permintaan maaf yang 23 tahun terlambat juga datang dari The Sun. “23 tahun lalu Sun melakukan kesalahan mengerikan. Kami memuat cerita yang tak akurat dan menyerang mengenai peristiwa di Hillsborough. Kami bilang itu kebenaran, tapi ternyata bukan,” kata Editor The Sun Dominic Mohan. Ia mengaku The Sun sangat malu dan memohon maaf. Kepala Polisi South Yorkshire David Crompton juga ikut meminta maaf. “Saya benar-benar terkejut,” ucapnya. Petisi online
Dokumen yang menguak tragedi ini berupa arsip dari 80 organisasi, antara lain pemerintah, Kepolisian South Yorkshire, Sheffield City Council, ahli koroner, pemadam kebakaran, dan ambulans. Arsip pemerintah tak biasa dirilis di Inggris sebelum melewati masa 30 tahun pasca arsip itu dibuat. Namun
pada Agustus 2011, parlemen menyetujui agar mengungkap semua berkas yang menyangkut tragedi Hillsborough tanpa sensor sedikit pun. Keputusan mempublikasikannya datang sejak 100.000 orang meneken petisi online ke pemerintah. Petisi tersebut kini sudah meraup 156.000 tanda tangan. “Kami merasakan sebuah terobosan telah dibuat. Kebenaran terungkap hari ini dan keadilan dimulai besok,” kata Trevor Hicks yang kehilangan dua puteri di insiden itu.
Editor: