KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel kini berfokus menuntaskan proyek
smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) ketiga melalui entitas usahanya PT Karunia Permai Sentosa.
Head of Investor Relations Harita Nickel Lukito Gozali mengatakan, proyek smelter Feronikel (FeNi) berkapasitas 185.000 ton per tahun ini tengah dalam tahapan konstruksi. "Target sebanyak 12 jalur produksi. Tahap pertama konstruksi dengan 4 jalur produksi dengan kapasitas 60.000 ton kandungan nikel dalam FeNi per tahun, diperkirakan akan mulai beroperasi di kuartal 1 tahun 2025," ungkap Lukito kepada Kontan, Selasa (5/11).
Lukito melanjutkan, Harita Nickel berkomitmen mendukung rencana hilirisasi sektor mineral Pemerintah Indonesia. Menurutnya, sebagai perusahaan pertambangan dan pemrosesan nikel terintegrasi, Harita Nickel siap memberi nilai tambah dari hasil pertambangan bijih nikel di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Baca Juga: Emiten Nikel Bersiap Mengurangi Energi Fosil Saat ini Harita Nickel telah mengoperasikan dua smelter bijih nikel kadar tinggi (saprolit) dengan teknologi RKEF untuk menghasilkan feronikel (FeNi) yang merupakan bahan baku untuk baja nirkarat (stainless steel).
Pertama, Smelter RKEF berkapasitas 25.000 ton FeNi per tahun melalui PT Megah Surya Pertiwi yang telah beroperasi sejak 2017 dengan 4 jalur produksi.
Kedua, Smelter RKEF melalui entitas PT Halmahera Jaya Feronikel yang beroperasi sejak 2023. Smelter ini memiliki 8 jalur produksi dan kapasitas terpasang sebesar 95.000 ton FeNi per tahun. Selain itu, Harita Nickel memiliki refinery bijih nikel kadar rendah (limonit) dengan teknologi
High Pressure Acid Leach (HPAL) yang pertama kali berhasil beroperasi dengan kapasitas penuh di Indonesia Harita Nickel juga memiliki fasilitas produksi untuk memproses MHP lebih lanjut menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat sebagai bahan utama untuk pembuatan katoda baterai kendaraan listrik. Hingga kini, Harita Nickel sudah memiliki dua fasilitas HPAL. Refinery HPAL pertama dijalankan entitas usaha PT Halmahera Persada Lygend telah beroperasi sejak 2021 dengan 3 jalur produksi MHP dengan kapasitas terpasang sebesar 55.000 ton kandungan nikel dan 6.750 ton kandungan kobalt per tahun. Selanjutnya, Refinery HPAL kedua oleh PT Obi Nickel Cobalt dengan 3 jalur produksi MHP dengan kapasitas terpasang sebesar 65.000 ton kandungan nikel dan 7.500 ton kandungan kobalt per tahun. Ketiga jalur produksi dari Refinery HPAL kedua ini sudah beroperasi dengan kapasitas penuh sejak Agustus 2024 Lukito menjelaskan, langkah pemerintah melakukan hilirisasi adalah langkah yang tepat. Ini tercermin dari peningkatan nilai tambah yang signifikan. "Karena nilai tambah yang dihasilkan dari program hilirisasi dapat meningkatan devisa ekspor nikel yang naik secara signifikan. Di tahun 2023, devisa ekspor nikel telah mencapai sekitar US$ 34 miliar, dibandingkan di tahun 2017 yang hanya sekitar US$ 4 miliar," jelas Lukito.
Baca Juga: Komitmen Lanjutkan Hilirisasi Nikel, Simak Strategi Beberapa Emiten Harita Nickel mencatatkan kinerja keuangan yang positif pada semester pertama tahun 2024. Perusahaan pertambangan dan pemrosesan nikel ini berhasil melaporkan pendapatan sebesar Rp 12,8 triliun, mengalami lonjakan sebesar 25% dibandingkan dengan pendapatan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp 10,24 triliun. Peningkatan pendapatan ini didorong oleh kenaikan output produksi serta volume penjualan yang lebih tinggi di seluruh unit operasi penambangan dan pengolahan nikel. Kapasitas produksi Harita Nickel juga menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Kapasitas dari smelter RKEF dan fasilitas pemurnian HPAL perusahaan mengalami peningkatan, seiring dengan bertambahnya kebutuhan bijih nikel untuk kedua fasilitas tersebut di anak usaha Harita Nickel. Merujuk laporan Harita Nickel, volume penjualan bijih nikel pada paruh pertama tahun 2024 mencapai 8,37 juta wet metric tons (wmt), meningkat 29% dibandingkan dengan 6,49 juta wmt pada periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, produksi FeNi dari operasi smelter RKEF mencatatkan peningkatan output produksi sebesar 69% year-on-year (YoY), mencapai 63.414 ton pada paruh pertama tahun 2024, melampaui kapasitas produksi. Sementara itu, produksi MHP Ni melalui operasi smelter HPAL menunjukkan kinerja yang solid dengan peningkatan output MHP Ni sebesar 28% YoY, menghasilkan 38.334 ton pada semester pertama tahun 2024.
Baca Juga: Penuhi Standar Internasional, Pelaku Usaha Didorong Terapkan Verifikasi IRMA Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Sulistiowati