KONTAN.CO.ID - Di Indonesia, menyeruput kopi sudah menjelma menjadi bagian dari gaya hidup. Tak heran, kedai dan kafe kopi pun menjamur terutama di kota-kota besar, bahkan hingga ke kompleks perumahan. Untuk menyedot pengunjung datang dan datang lagi, pemilik kedai atau kafe harus menghadirkan cita rasa kopi yang khas. Sebab, kenikmatan sajian kopi menjadi daya tarik utama, selain suguhan tempat yang nyaman untuk menyeruput kopi sambil berbincang dengan teman atau kolega. Itu sebabnya, sebelum merintis bisnis ini banyak pemilik kedai atau kafe kopi berguru terlebih dahulu kepada ahlinya. Kebanyakan, mereka mengambil kursus di sekolah atau lembaga pelatihan peracik kopi alias barista.
Laksamana Gusti, misalnya. Sebelum membuka kafe kopi di daerah Bintaro, Tangerang Selatan pada November 2015, pemilik Pigeonhole Coffee ini mengikuti kursus di sebuah sekolah kopi di Jakarta. Minat Laksamana terhadap industri kopi diasah melalui pelatihan tersebut. "Banyak hal yang dipelajari dari kursus singkat itu yang kemudian dia praktikkan ketika memulai bisnis kafe," kata Rifqi Rianputra,
Operational Officer Pigeonhole Coffee, kepada Marantina Napitu dari KONTAN. Tentu, tak hanya mereka yang ingin merintis bisnis kedai atau kafe kopi, mereka yang ingin menjadi barista juga banyak yang ikut pelatihan itu. Soalnya, pertumbuhan kedai dan kafe kopi yang pesat membuat profesi barista sangat dibutuhkan. Nah, peluang inilah yang kemudian ditangkap banyak penggiat kopi, termasuk Syaiful Bari. Pada tahun 2015, pemilik Fulcaff Coffee ini membuka kursus barista bertajuk Fulcaff Barista Course di kedainya yang berada di Depok, Jawa Barat. Saat KONTAN bertandang ke Fulcaff Coffee beberapa waktu lalu, Syaiful tampak berinteraksi dengan empat peserta yang mengambil kelas
coffee shop. Tiga peserta di antaranya memang ingin membuka kedai kopi. Sedang satu lainnya tengah mempersiapkan diri untuk bekerja paruh waktu sebagai barista sembari melanjutkan studi di Amerika Serikat. Meski bisnis pelatihan baristanya baru berjalan dua tahun, Syaiful mengaku, hingga saat ini Fulcaff Barista Course sudah menyelenggarakan kelas sampai angkatan yang ke-62. Menjanjikan Menurut Syaiful, bisnis kursus barista terbilang menjanjikan. Sebab, menjamurnya kedai dan kafe kopi di Indonesia belum dibarengi pasokan barista yang mencukupi. Tambah lagi, film
Filosofi Kopi mendapat respons yang sangat positif dari masyarakat. Berawal dari film besutan sutradara Angga Dwimas Sasongko ini, dia menduga, tren minum kopi kian menjadi bagian dari gaya hidup. Buntutnya, bisnis kedai dan kafe kopi termasuk pelatihan barista kian menggiurkan. Betul. Sekarang, Ryo Limijaya,
Marketing Manager Anomali Coffee, pengelola Indonesia Coffee Academy (ICA), bilang, semakin banyak orang awam maupun pemain bisnis kopi serta makanan dan minuman (
food and beverage/ F&B) datang untuk belajar di sekolah kopinya. Karena itu, Anomali Coffe terus mengembangkan sekolah kopi yang awalnya bernama Anomali Coffee Training Departement. Sejak berdiri 1 Agustus 2007 lalu, Anomali Coffee sudah membuka Anomali Coffee Training Departement. Cuma, seiring berkembangnya bisnis kedai dan kafe kopi, penggunaan nama Anomali membatasi ruang gerak divisi pelatihan itu. "Karena, kan, pasti ada grup-grup kedai kopi yang sensitif," ungkap Ryo. Dengan kata lain, pemakaian nama Anomali membuat kompetitor enggan atau merasa gengsi buat mengambil kelas di Anomali Coffee Training Departement. Atas dasar itu, Anomali Coffee kemudian mendirikan entitas baru dengan nama Indonesia Coffee Academy pada 2014 lalu. Dari sisi kepemilikan masih sama, namun manajemen Anomali Coffee dan ICA terpisah. "Cuma di level
business development masih kami bantu," ujar Ryo. Punya nilai lebih Tertarik berbisnis sekolah kopi? Untuk terjun ke bisnis ini membutuhkan modal yang tidak sedikit. Syaiful menyebutkan, modal awal yang ia habiskan untuk membuka Fulcaff Barista Course dua tahun lalu mencapai Rp 500 juta. Sebagian besar uang itu dia pakai untuk membeli mesin kopi. Saran Syaiful, jika Anda ingin masuk ke bisnis sekolah kopi, ada baiknya juga memiliki kedai atau kafe. Sehingga, Anda bisa memberikan fasilitas yang lebih kepada mereka yang ingin belajar tentang dunia barista. "Saya punya kedai kopi. Dengan begitu, saya tidak hanya memberi pelatihan tapi juga praktik dan magang," ucap Syaiful. Nah, ini jadi salah satu kelebihan Fulcaff Barista Course. Pada hari terakhir pelatihan, tempat kursus milik Syaiful akan memberikan kesempatan kepada peserta pelatihan membuat kopi untuk pelanggan Fulcaff Coffee. Tentu, sebelum dibawa ke pelanggan, kopi racikan peserta pelatihan tetap melalui uji
quality control (QC). Jika tak lolos QC, kopi itu tidak boleh diberikan ke pelanggan. Memang, untuk bisa bersaing, sekolah kopi mesti punya nilai lebih. Tapi, bukan cuma memiliki kedai atau kafe kopi, harus ada pula nilai lebih lain. Seperti kelebihan lain Fulcaff Barista Course, misalnya, lembaga kursus ini juga membantu peserta pelatihan mendapatkan tempat kerja sebagai barista. Pasalnya, tidak sedikit pemilik kedai dan kafe kopi yang meminta bantuan Syaiful untuk memenuhi kebutuhan barista di tempat mereka. "Sampai sekarang pun masih banyak kedai dan kafe yang meminta tenaga barista dari kami. Kebutuhan tenaga barista banyak," ungkap dia. Fulcaff Barista Course menyediakan tiga kelas, yakni Manual Brewing Pro Class, Espresso Machine dan Latte Art Class, serta Coffee Shop Class. Setiap kelas memiliki kurikulum masing-masing dengan tarif berbeda (
lihat tabel). Manual Brewing Pro Class, misalnya. Kelas ini mengajarkan metode penyeduhan manual atau tanpa menggunakan mesin. Syaiful menjelaskan, kelas ini cocok bagi mereka yang ingin membuka usaha tetapi belum mempunyai cukup modal untuk membeli mesin. "Karena untuk membeli mesin, modal yang dibutuhkan minimal sekitar Rp 40 juta hingga Rp 50 juta," bebernya. Biasanya, peserta kursus yang ingin merintis bisnis kedai atau kafe kopi akan mengambil Coffee Shop Class. Dalam kelas ini, pelatihan berlangsung selama empat hari berturut-turut dengan biaya Rp 5 juta per orang. Melalui kelas ini, peserta juga bisa berkonsultasi tentang bagaimana membuat menu minuman yang biasanya disediakan di kedai atau kafe. Berbeda dengan kelas lainnya, Coffee Shop Class yang juga disebut sebagai kelas unggulan memberikan 100% kesempatan peserta untuk magang. Sementara peluang kelas lain untuk magang hanya 50%. Untuk Coffee Shop Class, Fulcaff Barista Course mengalokasikan waktu sekitar enam jam buat setiap kali pertemuan. Itu belum termasuk jam istirahat. "Tapi, kurikulum dan pembelajaran harus dibuat lebih asyik dan mudah ditangkap, baik teori (40%) maupun praktik (50%) dan ujian (10%). Di hari terakhir, mereka akan melakukan ujian untuk mendapatkan sertifikat," ujar Syaiful. Begitu kelas selesai, Syaiful masih membolehkan alumni Coffee Shop Class kembali belajar dan praktik di kedai kopi miliknya secara gratis, tanpa biaya. Dengan catatan, para alumnus harus membawa bahan bakunya sendiri. Sementara ICA menawarkan lima kelas dan dua paket pelatihan spesial. Misalnya, Advance Espresso, Manual Brewing, dan Latte Art.
Idem ditto dengan Fulcaff Barista Course, setiap kelas di akademi kopi ini memiliki kurikulum masing-masing dengan tarif berbeda (
lihat tabel). Jumlah murid dalam satu kelas terbatas, hanya enam sampai delapan orang. Memang, kebanyakan yang mengambil kelas di ICA memiliki keinginan untuk membuka kedai atau kafe kopi. Namun, ICA tetap akan membantu para peserta yang ingin mengambil kelas di lembaganya dengan melihat apa yang menjadi kebutuhan mereka. "Misalnya, pemilik bisnis. Mereka harus bisa merasakan dan membuat kopi. Tapi, ada juga pemilik bisnis yang mengirim baristanya untuk di-
training," kata Ryo. Tenaga pengajar Yang layak jadi catatan, menurut Syaiful, enggak gampang mencari tenaga pengajar yang sudah menjalani proses sertifikasi. Coffee Shop Class saat ini punya tiga pengajar bersertifikat, tiga lainnya adalah barista yang sudah mendapat sertifikat, dan dua barista lain belum. Idealnya, semua pengajar sudah mengantongi sertifikat secara profesional. Tapi, meski belum memiliki sertifikat, jika tenaga pengajar itu sudah berpengalaman dan keahliannya memadai, tidak jadi persoalan buat Syaiful. Soalnya, keberhasilan sebuah pelatihan salah satunya dilihat dari
output peserta. "Jadi sebenarnya, selain formalitas, pengajar harus bisa mengayomi dan memaksimalkan potensi peserta. Itu syarat utama kami," ujarnya. Senada, Ryo menuturkan, untuk menjadi pengajar di sekolah kopi tidak wajib memiliki sertifikat. Yang paling penting adalah pengajar itu memiliki pengalaman yang cukup.
Lantaran saat ini profesi barista sudah menarik perhatian pemerintah sebagai sebuah profesi, Ryo optimistis, ke depan pemerintah akan membuat program sertifikasi untuk pengajar sekolah kopi. "Sekarang ada orang yang tidak terafiliasi di organisasi manapun, tapi dia bisa mengajar karena punya pengalaman sebagai barista," tambah Ryo. Meskipun saat ini banyak pengajar yang belum bersertifikat, menurut Ryo, hal itu tidak mengurangi minat orang untuk mengambil kelas di sekolah kopi yang ada di Indonesia. Pasalnya, peserta kursus lebih melihat rekam jejak dari lembaga kursus. Prospeknya bagus, siapa tertarik masuk ke bisnis ini? Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: S.S. Kurniawan