JAKARTA. Relinya pasar modal pada hari ini (7/9), tidak menggerakkan rupiah secara signifikan. Pada pukul 10,19 WIB, pairing (USD/IDR) berada di posisi 9.593 atau terdepresiasi setelah kemarin ditutup naik tipis ke posisi 9.591. Pengamat Pasar Valas Rahadyo Anggoro menilai, pergerakan rupiah yang flat dapat dilihat secara historis. Dia mengungkapkan, biasanya setiap bulan September, permintaan dollar AS meningkat untuk pelunasan utang."Tetapi Bank Indonesia (BI) tentunya pasti akan melakukan intervensi untuk menjaga agar USD/IDR tidak sampai melewati 9.600," kata Rahadyo, Jumat (7/9). Dia juga menjelaskan, meskipun hasil pertemuan European Central Bank (ECB) kemarin mengangkat mata uang euro, namun aktivitas sektor jasa zona euro masih lemah. Ini terlihat dari Indeks PMI sektor jasa Eropa yang kembali tergelincir ke posisi 47,2 dari prediksi 47,5."Begitu juga dengan penjualan ritel zona euro yang juga masih negatif ke angka -0,2% di bulan Agustus yang mana sesuai prediksi sebelumnya," tambah Rahadyo. Menteri Keuangan Jerman juga mengatakan, masalah zona euro belum akan selesai dalam waktu dekat.Sepekan depan, dia memprediksi, pergerakan rupiah akan tertahan di level 9.540 – 9.580 terhadap dollar AS. Penyebabnya, pasar masih menunggu kepastian quantitative easing ketiga pada FOMC meeting 12 September hingga 13 September mendatang.Sementara itu, Dealer Forex Bank Rakyat Indonesia (BRI), Taufan Tito juga beranggapan, seminggu depan rupiah akan bergerak tipis dengan kecenderungan masih terdepresiasi.
Kebutuhan dollar tinggi, rupiah tertekan tipis
JAKARTA. Relinya pasar modal pada hari ini (7/9), tidak menggerakkan rupiah secara signifikan. Pada pukul 10,19 WIB, pairing (USD/IDR) berada di posisi 9.593 atau terdepresiasi setelah kemarin ditutup naik tipis ke posisi 9.591. Pengamat Pasar Valas Rahadyo Anggoro menilai, pergerakan rupiah yang flat dapat dilihat secara historis. Dia mengungkapkan, biasanya setiap bulan September, permintaan dollar AS meningkat untuk pelunasan utang."Tetapi Bank Indonesia (BI) tentunya pasti akan melakukan intervensi untuk menjaga agar USD/IDR tidak sampai melewati 9.600," kata Rahadyo, Jumat (7/9). Dia juga menjelaskan, meskipun hasil pertemuan European Central Bank (ECB) kemarin mengangkat mata uang euro, namun aktivitas sektor jasa zona euro masih lemah. Ini terlihat dari Indeks PMI sektor jasa Eropa yang kembali tergelincir ke posisi 47,2 dari prediksi 47,5."Begitu juga dengan penjualan ritel zona euro yang juga masih negatif ke angka -0,2% di bulan Agustus yang mana sesuai prediksi sebelumnya," tambah Rahadyo. Menteri Keuangan Jerman juga mengatakan, masalah zona euro belum akan selesai dalam waktu dekat.Sepekan depan, dia memprediksi, pergerakan rupiah akan tertahan di level 9.540 – 9.580 terhadap dollar AS. Penyebabnya, pasar masih menunggu kepastian quantitative easing ketiga pada FOMC meeting 12 September hingga 13 September mendatang.Sementara itu, Dealer Forex Bank Rakyat Indonesia (BRI), Taufan Tito juga beranggapan, seminggu depan rupiah akan bergerak tipis dengan kecenderungan masih terdepresiasi.