Kebutuhan investasi BHIT capai Rp 4 triliun



JAKARTA. Tahun ini, PT MNC Investama Tbk (BHIT) akan melakukan investasi besar-besaran. Kebutuhan investasi emiten yang sebelumnya bernama PT Bhakti Investama Tbk itu ditaksir mencapai Rp 3 triliun hingga Rp 4 triliun. BHIT bakal getol mencari pendanaan dari pasar modal dengan menerbitkan Global Bond lebih dari US$ 200 juta dalam waktu dekat ini.

Investasi yang terbesar masih akan dialokasikan untuk bisnis media yang berada di bawah naungan PT Global Mediacom Tbk (BMTR). Namun, salah satu sektor yang akan didorong adalah sektor pertambangan. Sektor ini merupakan bisnis baru BHIT. Lini bisnis pertambangan sudah mulai berkontribusi pada pendapatan perseroan tahun 2012 lalu. Melalui divisi MNC Energy dan Natural Resources, BHIT memiliki tiga lini, yakni dari PT Nuansacipta Coal Investment (NCI) yang memiliki satu Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Kalimantan Timur. Kedua, melalui PT Bhakti Coal Resources yang punya 8 IUP di Sumatera Selatan. Terakhir, Blok Migas di Papua.

BHIT ingin meningkatkan kapasitas produksi batubara menjadi 3 juta hingga 3,5 juta ton per tahun dari sebelumnya yang berkisar 1,5 juta ton. Perseroan juga tengah menggarap terminal baturbara di Kalimantan Timur yang kemungkinan bisa beroperasi tahun ini. "Beberapa IUP yang di Sumatera juga akan mulai beroperasi penuh tahun ini," jelas Darma Putra, Direktur BHIT.


Asal tahu saja, dari total pendapatan BHIT pada 2012 yang sebesar Rp 6,4 triliun, Batubara baru menyumbang pendapatan Rp 8 miliar. "Kami mau tingkatkan terus yang di bisnis energi. Namun kami akan melalui pihak ketiga," ujar dia.

BHIT juga membuka peluang akuisisi-akuisisi sektor baru. Misalnya saja sektor properti. Sayang, Darma masih tutup mulut soal rencana ini. Asal tahu saja, ekspansi BHIT yang signifikan bakal dilakukan melalui PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP) dengan mengakuisisi PT Bank ICB Bumiputera Tbk (BABP). Nanti bakal ada lini bisnis baru di BHIT, yakni MNC Bank. "Untuk ekspansi anorganik juga sudah dipikirkan," tandasnya.

Nah, soal pendanaan, selain penerbitan obligasi global, pemegang saham BHIT sudah menyetujui untuk rights issue tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebesar 10% atau 3,56 miliar saham. Dari aksi itu, dana yang bisa didapat BHIT ditaksir mencapai Rp 2 triliun. "Soal obligasi, kami sedang masa black out period, jadi tidak bisa komentar," ujar Darma. Saat ini, manajemen BHIT tengah melakukan road show ke beberapa negara untuk menawarkan obligasi ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yuwono Triatmodjo