JAKARTA. Ketatnya likuiditas di pasar beberapa pekan terakhir memaksa bank memutar otak lebih keras demi mendapatkan dana segar. Tujuannya agar target penyaluran kredit tetap terkejar. Perbankan pun menempuh cara beragam, mulai dari menggenjot penghimpunan dana murah maupun mencari tambahan likuiditas dari pasar uang atau pasar modal.Wakil Direktur Bank Tabungan Negara (BTN) Evi Firmansyah menuturkan, pasar modal saat ini menjadi pilihan menarik. "Kami sedang mengkaji opsi di sana," katanya, Senin (28/2). Rasio likuiditas atau loan to deposit ratio (LDR) BTN saat ini mencapai 112%. Angka ini di atas ketentuan LDR ideal Bank Indonesia (BI), yakni di kisaran 100%. BTN membutuhkan tambahan likuiditas untuk mengimbangi penyaluran kredit yang dipatok 30% tahun ini.Demi mencapai tujuan tersebut, BTN sudah menyiapkan rencana penerbitan obligasi senilai Rp 2 triliun, serta penerbitan Kontrak Kolektif Beragunan Aset (KIK-EBA) senilai Rp 750 miliar sampai Rp 1 triliun. Direktur Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Anika Faisal mengungkapkan, demi menutupi kebutuhan likuiditas untuk penyaluran kredit, BTPN akan memanfaatkan peluang di pasar modal, yakni melalui penerbitan surat utang. "Obligasi bertenor tiga sampai lima tahun bisa membiayai kredit dengan tenor dua hingga tiga tahun, ketimbang menggunakan deposito yang bertenor bulanan," ungkap Anika.Tahun lalu, BTPN sudah menerbitkan obligasi senilai Rp 1,1 triliun. Toh, Anika mengklaim bahwa saat ini likuiditas BTPN masih aman. "Kami berencana menerbitkan obligasi lagi tahun ini, namun melihat juga kondisi pasar nanti," imbuh dia.Biaya dana bisa naikKebutuhan likuiditas bank yang semakin meningkat bisa memicu kenaikan biaya dana bank seturut semakin sengitnya persaingan bank memperebutkan dana masyarakat. Ini terutama dipicu oleh kebutuhan bank-bank ber-LDR tinggi di atas 85%.Pengamat perbankan Mirza Adityaswara menilai, bank-bank kelompok ini sudah tidak memiliki kelonggaran likuiditas lagi. "Pertumbuhan kreditnya lebih tinggi daripada dana, sehingga membutuhkan dana lebih," ujar Mirza Jika biaya dana meningkat, bunga kredit bank bisa ikut terkerek. Biaya dana merupakan salah satu komponen penyusun bunga kredit.Survei perbankan BI termutakhir juga menunjukkan potensi kenaikan biaya dana perbankan tahun ini, yakni menjadi sebesar 6,21% dari 5,9% di kuartal IV 2010. Jika ini terjadi, sektor riil akan semakin tertekan.Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofyan Wanandi menyatakan, bunga kredit bank masih tinggi. Bunga kredit membebani 10%-15% biaya operasional perusahaan. "Produk nasional menjadi kurang kompetitif," keluh Sofyan. Sebagai perbandingan, di luar negeri bunga kredit 5%-6% setahun, dan bunga kredit bank nasional di 12%-15% per tahun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kebutuhan likuiditas bank semakin tinggi
JAKARTA. Ketatnya likuiditas di pasar beberapa pekan terakhir memaksa bank memutar otak lebih keras demi mendapatkan dana segar. Tujuannya agar target penyaluran kredit tetap terkejar. Perbankan pun menempuh cara beragam, mulai dari menggenjot penghimpunan dana murah maupun mencari tambahan likuiditas dari pasar uang atau pasar modal.Wakil Direktur Bank Tabungan Negara (BTN) Evi Firmansyah menuturkan, pasar modal saat ini menjadi pilihan menarik. "Kami sedang mengkaji opsi di sana," katanya, Senin (28/2). Rasio likuiditas atau loan to deposit ratio (LDR) BTN saat ini mencapai 112%. Angka ini di atas ketentuan LDR ideal Bank Indonesia (BI), yakni di kisaran 100%. BTN membutuhkan tambahan likuiditas untuk mengimbangi penyaluran kredit yang dipatok 30% tahun ini.Demi mencapai tujuan tersebut, BTN sudah menyiapkan rencana penerbitan obligasi senilai Rp 2 triliun, serta penerbitan Kontrak Kolektif Beragunan Aset (KIK-EBA) senilai Rp 750 miliar sampai Rp 1 triliun. Direktur Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Anika Faisal mengungkapkan, demi menutupi kebutuhan likuiditas untuk penyaluran kredit, BTPN akan memanfaatkan peluang di pasar modal, yakni melalui penerbitan surat utang. "Obligasi bertenor tiga sampai lima tahun bisa membiayai kredit dengan tenor dua hingga tiga tahun, ketimbang menggunakan deposito yang bertenor bulanan," ungkap Anika.Tahun lalu, BTPN sudah menerbitkan obligasi senilai Rp 1,1 triliun. Toh, Anika mengklaim bahwa saat ini likuiditas BTPN masih aman. "Kami berencana menerbitkan obligasi lagi tahun ini, namun melihat juga kondisi pasar nanti," imbuh dia.Biaya dana bisa naikKebutuhan likuiditas bank yang semakin meningkat bisa memicu kenaikan biaya dana bank seturut semakin sengitnya persaingan bank memperebutkan dana masyarakat. Ini terutama dipicu oleh kebutuhan bank-bank ber-LDR tinggi di atas 85%.Pengamat perbankan Mirza Adityaswara menilai, bank-bank kelompok ini sudah tidak memiliki kelonggaran likuiditas lagi. "Pertumbuhan kreditnya lebih tinggi daripada dana, sehingga membutuhkan dana lebih," ujar Mirza Jika biaya dana meningkat, bunga kredit bank bisa ikut terkerek. Biaya dana merupakan salah satu komponen penyusun bunga kredit.Survei perbankan BI termutakhir juga menunjukkan potensi kenaikan biaya dana perbankan tahun ini, yakni menjadi sebesar 6,21% dari 5,9% di kuartal IV 2010. Jika ini terjadi, sektor riil akan semakin tertekan.Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofyan Wanandi menyatakan, bunga kredit bank masih tinggi. Bunga kredit membebani 10%-15% biaya operasional perusahaan. "Produk nasional menjadi kurang kompetitif," keluh Sofyan. Sebagai perbandingan, di luar negeri bunga kredit 5%-6% setahun, dan bunga kredit bank nasional di 12%-15% per tahun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News