Kebutuhan listrik ibu kota baru sekitar 4.000 MW, beban di Jakarta berkurang 1.000 MW



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengumumkan untuk memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Merespon rencana tersebut, PT PLN (Persero) bersiap membangun infrastruktur kelistrikan untuk menjamin pasokan energi listrik di pusat pemerintah baru.

Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Barat PLN Haryanto W.S mengungkapkan, pihaknya telah melakukan pembahasan awal bersama Bappenas terkait perencanaan infrastruktur yang terintegrasi di ibu kota baru, termasuk infrastruktur kelistrikan. "Jadi kita akan ikut bersama merancang kebutuhan di sana," kata Haryanto, Jum'at (30/8).

Dalam pembahasan tersebut, Haryanto mengatakan bahwa kebutuhan listrik di ibu kota baru diproyeksikan mencapai 4.000 megawatt (MW). Selain dari pembangkit eksisting, Haryanto bilang bahwa kebutuhan setrum tersebut akan dipenuhi dari pembangkit baru yang akan dibangun secara bertahap.


Baca Juga: Tangani keluhan 52.000 netizen per bulan, PLN: Ada 25 admin medsos yang siap jawab

Sayangnya, Haryanto tidak memaparkan mengenai rencana pembangunan pembangkit ini detail. Yang jelas, pembangkitan yang dibangun memprioritaskan sumber energi baru dan terbarukan (EBT).

"Itu akan bertahap ya pengembangannya. Di sana kan banyak sumber EBT, seperti Sungai Kayan sampai 6.000 MW dan potensi lain, pokoknya PLN komit menyesuaikan perencanaan pemerintah," ujarnya.

Dengan kebutuhan setrum sebesar itu, Haryanto menyebut bahwa PLN akan memperkuat jaringan transmisi. Ia bilang, rencana untuk membangun jaringan transmisi trans Kalimantan sudah masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2019-2028.

Baca Juga: Perang dagang mengancam upaya China menekan emisi gas rumah kaca

Saat ini, kata Haryanto, sudah ada jaringan listrik Kalimantan Utara-Timur-Selatan yang terhubung dengan interkoneksi 150 kV. Sementara untuk jaringan baru, transmisi yang akan dibangun bertegangan 500 kV.

Haryanto mengatakan, pembangunan transmisi itu akan dimulai secara bertahap mulai tahun depan, atau berbarengan dengan groundbreaking ibu kota baru. "500 kV itu sudah kita masukan di RUPTL, kita bangun bertahap dari tahu depan," terangnya.

Bagaimana Listrik di Jakarta?

Sementara itu, dengan perpindahan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur, PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jakarta Raya memproyeksikan kehilangan daya sekitar 1.000 MW.

Baca Juga: Contact Center PLN 123 melayani 73 juta pelanggan, bagaimana cara kerja mereka?

Namun, General Manager PLN UID Jakarta Raya M. Ikhsan Asaad tak khawatir dengan hal tersebut. Ikhsan memprediksi, pertumbuhan listrik di Jakarta tidak akan surut sebab Jakarta akan tetap menjadi pusat bisnis.

Apalagi, sambung Ikhsan, saat ini ada potensi kebutuhan listrik baru, yakni dengan digencarkannya kendaraan listrik oleh pemerintah. Apalagi, dengan terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 Tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik (KBL) Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan, Ikhsan menilai penggunaan mobil dan motor listrik akan terdongkrak.

Ikhsan memberikan gambaran, dalam sehari satu kendaraan listrik bisa melakukan pengisian daya hingga 3 kWh dengan tarif sekitar Rp 4.401. Selain tetap menjaga penyerapan listrik, hal itu pun dapat mendongkrak pendapatan PLN.

Baca Juga: Kementerian BUMN angkat Irjen Kementerian Keuangan sebagai Komisaris PLN

"Jadi (kendaraan listrik) potensi besar. Apalagi kalau sudah 1 juta mobil yang nge-charge jadi banyak (serapan listrik dan potensi pendapatan)," ungkap Ikhsan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .