Kebutuhan Mineral Kritis Terus Naik, Bos Mind ID Soroti Hal Ini



KONTAN.CO.ID - NUSA DUA. PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) menyatakan pentingnya intervensi kebijakan pemerintah untuk menjaga pasokan mineral mentah. Aturan ini dibuat untuk menjaga pasokan dan memenuhi kebutuhan mineral kritis di masa yang akan datang. 

Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso menyatakan dalam beberapa tahun terakhir, transisi energi telah menjadi pendorong utama permintaan mineral kritis global. 

Menurut skenario nol emisi bersih Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA), pada tahun 2050 target energi terbarukan adalah memenuhi dua pertiga kebutuhan energi dunia.


Baca Juga: Indonesia Battery Corporation akan Produksi 45 GWH Baterai Kendaraan Listrik di 2034

Sebagai konsekuensinya, dibutuhkan 6 kali lebih banyak mineral kritis pada tahun 2040 dibandingkan kebutuhan saat ini untuk mencapai net-zero pada tahun 2050.

Sejalan dengan itu, sebagai BUMN holding industri pertambangan, pihaknya mendapat tiga amanah dari Pemerintah Indonesia. Pertama, mengelola sumber daya mineral strategis, melakukan hilirisasi mineral dan menjadi pemimpin pasar global dengan mengoptimalkan komoditas mineral dan ekspansi bisnis.

“Grup MIND ID saat ini mengelola beberapa mineral dan material penting yang akan diolah menjadi produk antara (intermediary products) yakni emas, nikel, bauksit, aluminium, tembaga, timah, dan batubara,” ujarnya dalam acara ASEAN Energy Business Forum bertajuk “Critical Minerlas: Opportunities and Challenges for ASEAN di Nusa Dua, Bali Jumat (25/8). 

Saat ini Grup MIND ID beroperasi di 17 Provinsi di Indonesia dan secara global menempati peringkat keempat sebagai produsen bijih nikel terbesar di dunia, tambang emas terbesar pertama di dunia. 

Tidak cuma itu, MIND ID juga didapuk sebagai tambang tembaga terbesar ketiga di dunia, dan produsen timah terbesar kedua di dunia. 

“Kami juga bertujuan untuk mengamankan mineral penting lainnya, seperti litium,” ungkapnya. 

Namun, gangguan atau kurangnya pasokan bahan baku mineral mentah akan berpotensi menghambat pengembangan bisnis. Oleh karenanya, Hendi menyatakan, MIND ID sedang melakukan gerakan eksplorasi yang agresif untuk menjaga rasio penggantian cadangan. 

Hendi menyoroti, baru-baru ini pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang wilayah pertambangan yang menawarkan skema insentif kepada perusahaan penambang baru. Diharapkan kehadiran pendatang baru ini dapat mendukung peningkatan pasokan di masa yang akan datang. 

Baca Juga: Menengok Kesiapan Finansial MIND ID Jelang Divestasi Vale Indonesia (INCO)

Selain dukungan bahan baku, hilirisasi mineral juga harus mengembangkan ekosistem industri yang ramah lingkungan. 

“Kami tentu juga memerlukan kepemimpinan teknologi, insentif pemerintah, dan kebijakan investasi yang mendukung,” tegasnya. 

Hendi mengapresiasi, pemerintah Indonesia yang dalam waktu dekat ini akan memperkenalkan kerangka peraturan terkait strategi mineral kritis. Kebijakan anyar ini sejatinya memiliki tujuan yang sama dengan gerakan global yang saling mengamankan sumber daya yang belum tereksploitasi. 

“Indonesia kini fokus pada pengembangan produksi di dalam negeri untuk mendapatkan lebih banyak nilai dari ekstraksi sumber daya alam,” ujarnya.

Selain itu, kebijakan ini juga dilakukan untuk mengamankan pasokan mineral mentah untuk transisi energi yang berkelanjutan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi