Kebutuhan Refinancing Akhir Tahun Naik, Penerbitan Obligasi Korporasi Kian Semarak



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penerbitan obligasi korporasi diproyeksi bakal meningkat pada akhir tahun. Hal ini  ditopang oleh penurunan suku bunga yang mengurangi biaya dana dan meningkatnya kebutuhan refinancing

Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo, Suhindarto mengatakan kebutuhan untuk merefinancing surat utang yang jatuh tempo relatif lebih tinggi sehingga mendorong emiten menerbitkan surat utang.

Pefindo mencatat nilai surat utang korporasi yang jatuh tempo sebesar Rp65,46 triliun pada semester I 2024. Sementara nilai surat utang korporasi yang jatuh tempo di semester II tahun sebesar Rp85,02 triliun. Adapun penerbitan untuk refinancing mengalami peningkatan dari 33% pada Oktober 2024 menjadi 50% pada 22 November 2024.


"Dengan kebutuhan yang lebih besar untuk membiayai kembali surat utang yang jatuh tempo inilah kemudian yang mendorong penerbitan surat utang korporasi di periode semester I -2024 lebih tinggi," katanya kepada KONTAN, Senin (25/11). 

Baca Juga: Menakar Opsi Pendanaan yang Lebih Cuan Bagi Emiten Saat Ketidakpastian Masih Tinggi

Selain itu tingkat kupon yang sudah mulai melandai akibat penurunan suku bunga juga menjadi penyebab penerbitan korporasi semarak. Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas, Ramdhan Ario Maruto mengatakan dengan penurunan suku bunga penerbitan obligasi lebih ramai karena secara biaya menjadi lebih rendah. 

"Cost of fund lebih rendah, dan ini menarik bagi penerbit karena biaya lebih murah di pasar. Selain itu kuponnya jadi lebih rendah," katanya kepada KONTAN. 

Chief Dealer Fixed Income & Derivatives PT Bank Negara Indonesia (BNI) Fudji Rahardjo menambahkan, perkiraannya pemotongan suku bunga bakal berlanjut. Maka dari itu, dengan proyeksi tren suku bunga yang cenderung menurun ke depan, waktu ini dinilai tepat untuk menerbitkan obligasi korporasi.

Dengan ekspektasi suku bunga lebih rendah ini pun, return obligasi korporasi akan lebih rendah dari obligasi pemerintahan. Ia memproyeksi imbal hasil obligasi akan berada di kisaran 6,5% sampai dengan 8,5%.

Sementara Ramdhan memproyeksi secara umum return obligasi korporasi diperkirakan diatas 7%. Namun hal tersebut kembali lagi ke durasi, dan rating. 

Baca Juga: Obligasi Korporasi Dinilai Bisa Jadi Alternatif di Tengah Lesunya Pasar, Ini Sebabnya

Kalau Suhindarto memandang instrumen obligasi korporasi masih menarik bagi para investor, apalagi jika dibandingkan dengan saham maupun surat utang pemerintah. Namun demikian Suhidarto engga menyebut proyeksinya. 

Tetapi yang jelas, imbal hasil dari dari obligasi korporasi akan lebih tinggi dari obligasi pemerintahan walaupun suku bunga diturunkan. Investor pun dapat menjadikannya alternatif dalam berinvestasi karena memiliki risiko yang terukur dan tercermin dari peringkatnya.

Adapun Pefindo mencatat, per November 2024, return obligasi korporasi peringkat AAA tenor 1 tahun sebesar 6,66%. Ini lebih tinggi dari imbal hasil pemerintah 6,40% dengan tenor yang sama. 

"Di tengah kondisi pasar yang sedang volatile dan masih dibayangi ketidakpastian seperti saat ini, berinvestasi pada instrumen pendapatan tetap seperti surat utang korporasi dapat melindungi asetnya dari fluktuasi yang terjadi di pasar," katanya kepada KONTAN, (25/11).

Selanjutnya: Peluncuran BPI Danantara Ditargetkan Terjadi Tahun Ini

Menarik Dibaca: 4 Rekomendasi Acne Spot Treatment Terbaik yang Ampuh Usir Jerawat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih