Kebutuhan Refinancing Jadi Pendorong Peneritan Surat Utang Korporasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan obligasi korporasi diperkirakan tetap semarak di tengah iklim suku bunga tinggi. Kebutuhan refinancing keuangan menjadi pendorongnya.

Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto mengatakan, hingga akhir Mei 2024 penerbitan surat utang korporasi masih mengalami pertumbuhan yang positif jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023.

Pefindo mencatat penerbitan surat utang sejak Januari hingga Mei 2024 berada di angka Rp 43,99 triliun, tumbuh 12,09% (YoY) dari posisi Rp 39,24 triliun pada periode yang sama tahun lalu.


"Utamanya disebabkan oleh nilai jatuh tempo yang lebih besar," ujarnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (23/6).

Sepanjang bulan Januari-Mei 2024, nilai jatuh tempo surat utang korporasi sebesar Rp 51,85 triliun, jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 47,33 triliun. Nilai jatuh tempo yang lebih tinggi menunjukkan kebutuhan refinancing yang lebih tinggi, sehingga penerbitan tahun 2024 berpeluang mengalami peningkatan.

Baca Juga: Era Suku Bunga Tinggi Diprediksi Tekan Penerbitan Obligasi Korporasi

Selain itu, ia melihat aksi perusahaan untuk menerbitkan surat utang baru lebih dipengaruhi oleh jatuh tempo daripada suku bunga. "Sehingga perusahaan yang memiliki surat utang jatuh tempo akan lebih cenderung untuk menerbitkan kembali guna merefinancing surat utang yang akan jatuh tempo tersebut," jelas dia..

Ia juga menilai opsi menerbitkan surat utang korporasi lebih menarik dibandingkan mengambil pinjaman ke bank. Hal itu berkaca dri sisi biaya dana yang timbul.

Berdasarkan data OJK, suku bunga kredit Bank Umum untuk tujuan modal kerja maupun investasi berkisar antara 8,83% hingga 8,85%. Dengan kondisi tersebut, surat utang tenor 1 tahun berperingkat AAA, AA, dan A, masih memberikan kupon yang relatif lebih rendah dan lebih kompetitif.

"Sehingga dari situ, kami melihat bahwa kondisi pasar surat utang korporasi tetap kompetitif dibandingkan dengan kredit perbankan," jelasnya.

Sepanjang tahun berjalan ini, Pefindo mencatat penerbitan surat utang lebih banyak yang memiliki peringkat A sebesar 36,1%. Disusul oleh AAA sebesar 35,5%, lalu peringkat AA sebesar 25,5%. Sementara peringkat BBB hanya sebesar 2,4%.

Dengan kondisi tren kenaikan suku bunga acuan dan yield saat ini, Darto melihat hal ini akan mempengaruhi kupon yang terbentuk menjadi meningkat. Oleh karena itu, saat ini menjadi momen yang cukup baik untuk mendapatkan kupon tinggi di pasar.

Apalagi ke depan terdapat ekspektasi akan ada penurunan suku bunga di akhir tahun. "Sehingga momen suku bunga dan yield tinggi seperti saat ini adalah momen yang baik untuk masuk ke pasar surat utang, termasuk pasar surat utang korporasi," sebutnya.

Terkait dengan peringkat, ia melihat adanya tren investor yang lebih cenderung mengoleksi surat utang berperingkat A. Hal tersebut disebabkan karena surat utang berperingkat A memberikan kupon yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan peringkat di atasnya seperti AAA dan AA, namun dengan risiko yang lebih terukur dibandingkan peringkat investment grade di bawahnya (BBB).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari