Kebutuhan swasta berutang tergantung laju ekonomi



JAKARTA. Berdasarkan data terbaru Bank Indonesia (BI), ULN swasta pada April 2015 sebesar US$ 166,98 miliar. ULN sektor swasta ini tumbuh 13,4% dibanding periode April 2014 yang sebesar US$ 147,28 miliar.

Jika dibanding pertumbuhan tahunan bulan sebelumnya (Maret yoy), nilai ULN swasta ini pun lebih tinggi di mana pertumbuhan Maret 2015 bila dibanding Maret 2014 adalah 12,7%. Otoritas bank sentral melihat pertumbuhan yang lebih tinggi ini dikarenakan adanya peningkatan pinjaman dan surat utang.

Kepala Ekonom BII Juniman melihat kebutuhan swasta untuk meningkatkan utang tidak akan besar tahun ini. Hal ini utamanya dikarenakan perlambatan ekonomi yang berimbas pada kurangnya keinginan untuk melakukan ekspansi. Menurutnya, kenaikan utang yang terjadi pada April ini lebih dikarenakan kebutuhan untuk pembayaran utang kembali. "Investasi masih melambat, yang pada akhirnya mereka lebih banyak lakukan refinancing," ujarnya ketika dihubungi KONTAN, Rabu (17/6).


Ia memperkirakan, pada periode-periode selanjutnya, aktivitas ULN swasta akan tergantung pada realisasi pengeluaran pemerintah. Kalau realisasi belanja pemerintah tidak tumbuh maka swasta tidak akan berutang. Fase wait and see menjadi pilihan korporasi. Juniman sendiri memperkirakan pertumbuhan tahun ini hanya 4,9%, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya 5,3%.

Ekonomi yang lesu ini menjadi penyebab laju swasta untuk berutang keok. Selain karena faktor dorongan pemerintah, yang membuat swasta mengerem utangnya adalah karena fluktuasi rupiah dan aturan bank sentral yang mengatur kehati-hatian swasta dalam berutang seperti aturan lindung nilai atau hedging.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie