Kebutuhan Uang Tunai di Bank Jelang Lebaran Diprediksi Turun, Ini Penyebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan memastikan kebutuhan uang tunai menjelang Ramadan dan Idul Fitri 2022 aman. Namun nilainya tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya karena mulai tergantikan transaksi secara digital. 

PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) misalnya, telah menyediakan setok dana tunai di Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan menyatakan siap memenuhi kebutuhan uang tunai nasabah. 

"Kami rasa setelah pandemi ini dengan adopsi digital yang meningkat, kebutuhan uang tunai tidak akan setinggi sebelumnya. Kami tetap siap (menyediakannya) karena ini kegiatan rutin tahunan setiap perayaan lebaran," kata Lani, Jumat (18/3). 


Seperti diketahui, CIMB Niaga memfasilitasi kebutuhan berbagi tersebut melalui aplikasi digital banking OCTO Mobile. Masyarakat bisa memanfaatkan fitur OCTO Mobile yaitu Transfer dan Top-Up e-Wallet untuk dapat menjaga silaturahim serta memberikan Amplop Lebaran. 

Baca Juga: Transaksi Digital Banking Perbankan Tembus Rp 8.047,1 triliun hingga Februari 2022

Tak berbeda, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) memproyeksi kebutuhan uang tunai menjelang Ramadan dan lebaran akan lebih kecil dari tahun lalu. Hal ini seiring meningkatnya aktivitas transaksi nasabah BRI melalui saluran digital. 

"Sebanyak 96,7% aktivitas nasabah BRI telah menggunakan digital channel. Sementara 3,3% sisanya masih datang ke unit kerja. Hal tersebut mencerminkan bahwa transformasi digital yang tengah dilakukan oleh BRI memberikan dampak positif," terang Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto. 

Tahun lalu, bank pelat merah ini mengalokasikan likuiditas sebesar Rp 36,7 triliun untuk memenuhi kebutuhan nasabah di masa lebaran. Uang tersebut dialokasikan ke mesin ATM, CRM, dan juga untuk layanan unit kerja operasional (UKO) BRI.

Saat itu, alokasi Rp 36,7 triliun meningkat 8% dari realisasi 2020 karena aktivitas ekonomi mulai bergerak. Alokasi tersebut mempertimbangkan adanya migrasi atau bergesernya pola transaksi nasabah BRI dari sebelumnya transaksi tunai menjadi transaksi digital atau non-tunai.

Di tengah pesatnya perkembangan saluran digital, konsumsi masyarakat di masa Ramadan dan lebaran 2022 diperkirakan meningkat. Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah menilai, penurunan kasus Covid-19, dan pelonggaran mobilitas akan mendorong tingkat konsumsi. 

Baca Juga: Teknologi Berkembang Pesat, OJK Dinilai Perlu Memaksimalkan Fungsi Litbang Internal

"Kenaikan konsumsi pada bulan Ramadan dan hari raya Idul Fitri akan berdampak positif terhadap konsumsi dan pertumbuhan ekonomi nasional," terang Piter. 

Pada tahun lalu, mobilitas selama Ramadan dan Idul Fitri dibatasi sehingga konsumsi masyarakat cenderung melambat yakni di kisaran 2%. Untuk tahun ini, diperkirakan pertumbuhan konsumsi bisa di kisaran 4% hingga 5% karena pandemi mulai mereda. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi