Kebutuhan uang tunai selama ramadan tahun ini diperkirakan naik 13,5%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan kebutuhan uang tunai pada periode Ramadan/Idul Fitri tahun 2019 akan mencapai Rp 217,1 triliun. Kebutuhan itu meningkat 13,5% dibandingkan periode tahun sebelumnya sebesar Rp 191,3 triliun.

Perkiraan kebutuhan uang kartal di periode bulan Ramadan hingga lebaran tahun ini juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan rata-rata lima tahun terakhir sebesar 13,3%.

Rosmaya Hadi, Deputi Gubernur BI mengatakan kebutuhan uang kartal pada periode bulan Ramadan tersebut akan dapat tercukupi dengan optimal.


Kebutuhan tersebut akan dipenuhi dalam pecahan uang besar atau di atas Rp 50.000 akan mencapai 90,8% atau sebesar Rp 167,2 triliun dan pecahan uang kecil sebesar Rp 19,9 triliun.

Dia menjelaskan, kenaikan kebutuhan uang tunai tersebut dipengaruhi oleh tiga hal. Pertama, antisipasi meningkatkan kebutuhan uang mengingat kebijakan akan libur lebaran tahun ini mencapai 10 hari yakni mulai 30 Mei- 9 Juni.

Kedua, adanya kenaikan gaji aparatus sipil negara (ASN) yang berlaku sejak tahun 2019 sekitar 5% dan pembayaran THR sebelum lebaran. " Ketiga, adanya kenaikan gaji dan pembayaran THR pegawai swasta sesuai dengan ketentuan UMR dan pelaksanaan Pemilu sebelum Ramadhan 2019." jelas Rosmaya di Jakarta, Jumat (10/5).

Kebutuhan uang tunai di wilayah Pulau Jawa di luar Jabodetabek akan mencapai Rp 84 triliun atau 38,7% dari total kebutuhan nasional tersebut. Sementara di Jabodetabek diperkirakan mencapai Rp 51,5 triliun atau 23,7%, di Sumatera Rp 44,2 triliun, dan Kalimatan Rp 14,7 triliun

Rosmaya menambahkan, puncak realisasi penaikan uang tunai atau outflow selama Ramadhan dari tahun ke tahun terjadi pada minggu keempat. Di periode itu, kata dia, outflow bisa mencapai 50%-60% dari total kebutuhan selama bulan Ramadhan.

Untuk memenuhi kebutuhan uang tunai tersebut, BI akan melakukan kebijakan management stok dan distribusi uang. Kebijakan itu akan dilakukan lewat strategi internal dan eksternal.

Strategi internal antara lain mengoptimalkan pengolahan uang di seluruh satker kas, menjaga ketersediaan kas secara nasional serta melakukan distribusi uang dana layanan kas di seluruh wilayah Indonesia, mengoptimalkan peran kas titipan untuk melakukan distribusi uang dan kas keliling, lalu memperkuat komunikasi yang efektif terkait kesiapan BI.

Sementara strategi eksternal dilakukan dengan memperluas titik penukaran uang melalui kerjasama dengan perbankan atau pihak lain di titik keramaian seperti landmark, rest area, jalur mudik dan fasilitas umum. 

Lalu, mengintensifkan kerjasama dengan penyedia jasa transportasi, meningkatkan layanan kas sampai ke ke wilayah tertinggal, terdepan dan terluar, dan menghimbau perbankan mengoptimalkan pengolahan uang dan menjaga ketersediaan uang di ATM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .