KONTAN.CO.ID -JAKARTA. China menghentikan impor kedelai dari Amerika Serikat sejak perang dagang mencuat. Lalu, untuk memenuhi kebutuhan kedelainya, China membeli kedelai dari Brasil. Dengan kondisi ini, maka kedelai AS berpotensi membanjiri pasar global dan membuat harga minyak nabati lainnya seperti halnya minyak sawit (CPO) berpotesi turun. Namun demikian menurut Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun harga minyak sawit tak akan berpengaruh. Ini lantaran volume impor dari negara lain tidak akan mencukupi sehingga berpeluang minyak sawit sebagai tambahan. "Kalau tidak impor dari AS maka China akan impor dari Argentina dan Brazil. Tapi volumenya tidak akan mencukupi. Karena itu China akan ambil minyak sawit sebagai tambahan," kata Derom kepada Kontan.co.id, Rabu (26/12). Terkait hal tersebut, maka permintaan CPO China akan semakin bertambah. Yang sudah pasti menguntungkan negara penghasil CPO seperti Indonesia. "Itu berarti dari permintaan bertambah. Secara keseluruhan perimbangan antara penawaran dan permintaan akan lebih berimbang sehingga harga akan lebih baik dari tahun 2019," ujarnya. Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono, menurutnya, sejauh ini ekspor CPO dalam bentuk B20 ke Tiongkok sudah cukup baik di dua bulan belakangan ini, ditambah dengan penggunaan dalam negeri yang akan dilakukan secara intensif tahun depan. "Kan pasarnya Indonesia bukan hanya China. Ya kan pasar kita banyak, tapi itu juga tergantung pada harga dan harga biodiesel kita sangat kompetitif disana. Jadi kalau saya perkirakan 2019 ini akan lebih baik dari 2018," jelasnya. Dengan penggunaan biodiesel dalam negeri ia memprediksi penggunaan biodiesel tahun depan mencapai 6 juta ton. Ini belum termasuk rencana percepatan B30. Data GAPKI menyebut bahwa saat ini harga CPO sudah dikisaran US$ 510 per ton. Diprediksi di tahun ini harga CPO diprediksi mengalami kenaikan. Di kesempatan lain, Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) MP Tumanggor memprediksi di tahun 2019 harga CPO akan berada di angka US$ 550 per ton.
Kedelai AS bisa banjiri pasar karena dihentikan China, DMSI: Tak akan menekan sawit
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. China menghentikan impor kedelai dari Amerika Serikat sejak perang dagang mencuat. Lalu, untuk memenuhi kebutuhan kedelainya, China membeli kedelai dari Brasil. Dengan kondisi ini, maka kedelai AS berpotensi membanjiri pasar global dan membuat harga minyak nabati lainnya seperti halnya minyak sawit (CPO) berpotesi turun. Namun demikian menurut Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun harga minyak sawit tak akan berpengaruh. Ini lantaran volume impor dari negara lain tidak akan mencukupi sehingga berpeluang minyak sawit sebagai tambahan. "Kalau tidak impor dari AS maka China akan impor dari Argentina dan Brazil. Tapi volumenya tidak akan mencukupi. Karena itu China akan ambil minyak sawit sebagai tambahan," kata Derom kepada Kontan.co.id, Rabu (26/12). Terkait hal tersebut, maka permintaan CPO China akan semakin bertambah. Yang sudah pasti menguntungkan negara penghasil CPO seperti Indonesia. "Itu berarti dari permintaan bertambah. Secara keseluruhan perimbangan antara penawaran dan permintaan akan lebih berimbang sehingga harga akan lebih baik dari tahun 2019," ujarnya. Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono, menurutnya, sejauh ini ekspor CPO dalam bentuk B20 ke Tiongkok sudah cukup baik di dua bulan belakangan ini, ditambah dengan penggunaan dalam negeri yang akan dilakukan secara intensif tahun depan. "Kan pasarnya Indonesia bukan hanya China. Ya kan pasar kita banyak, tapi itu juga tergantung pada harga dan harga biodiesel kita sangat kompetitif disana. Jadi kalau saya perkirakan 2019 ini akan lebih baik dari 2018," jelasnya. Dengan penggunaan biodiesel dalam negeri ia memprediksi penggunaan biodiesel tahun depan mencapai 6 juta ton. Ini belum termasuk rencana percepatan B30. Data GAPKI menyebut bahwa saat ini harga CPO sudah dikisaran US$ 510 per ton. Diprediksi di tahun ini harga CPO diprediksi mengalami kenaikan. Di kesempatan lain, Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) MP Tumanggor memprediksi di tahun 2019 harga CPO akan berada di angka US$ 550 per ton.