Kedelai mahal, harga tempe dan tahu bersiap naik



JAKARTA. Para perajin makanan olahan berbasis kedelai, seperti tahu dan tempe, bersiap mengerek harga jual produk. Pasalnya, harga kedelai di pasaran kian mahal.

Harga kedelai sudah merangkak naik sejak awal Juli. Saat ini di tingkat pengecer, harga kedelai, terutama impor, sudah menyentuh Rp 7.200 per kilogram (kg), atau naik 10,8% dibanding harga pada Juni 2012.

Data Bloomberg menunjukkan, per Jumat (6/7), harga kedelai di bursa Chicago Board of Trade (CBOT) pengiriman Juli 2012 mencapai US$ 1.617,75 per bushel, atau melejit 33,2% daripada awal tahun yaitu di US$ 1.214,5 per bushel (1 bushel sekitar 27,2 kg). Kenaikan harga kedelai di bursa berjangka itu akibat cuaca yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman kedelai di wilayah Amerika Serikat (AS).


Menurut Asep Nurdin, Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Jawa Barat, sejauh ini para produsen tempe dan tahu mengurangi volume produksi untuk menyiasati kenaikan harga kedelai. Mereka belum menaikkan harga jual. Saat ini kenaikan harga tempe dan tahu baru sebatas di tingkat pedagang.

Harga tempe saat ini bervariasi, antara Rp 7.000 per kg hingga Rp 8.000 per kg, tergantung ukuran. "Namun, jika kenaikan harga kedelai terus berlanjut, produsen tahu dan tempe terpaksa menaikkan harga jual," ujar Asep, akhir pekan lalu.

Benny Kusbini, Ketua Dewan Hortikultura Nasional, menilai, saat ini Indonesia masih sangat tergantung pada suplai kedelai impor. "Seharusnya ada kebijakan politis, sehingga harga kedelai lokal maupun impor stabil, sehingga tidak merugikan petani dalam negeri," katanya.

Berdasarkan hitungan Benny, produksi kedelai lokal masih jauh dari cukup. Dari total konsumsi nasional sekitar 2,4 juta ton per tahun, sebanyak 1,8 juta ton masih dipasok kedelai impor.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian perdagangan (Kemdag), Deddy Saleh menuturkan, pemerintah kini tengah membahas aturan tata niaga kedelai. "Dengan pengawasan impor, kita bisa mengatur suplai dan kebutuhan," ujar dia.

Berdasarkan angka ramalan (Aram I) Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kedelai tahun ini hanya 779.741 ton biji kering. Angka itu turun 8,40% dibanding tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini