JAKARTA. Perajin tahu dan tempe kembali mengancam pemerintah untuk menggelar unjuk rasa jika harga kedelai tidak stabil. Sebelumnya, aksi mogok sudah dilakukan perajin karena menilai pemerintah tak mampu mengendalikan harga kedelai. "Aksi mogok yang lalu tidak berimbas sama sekali. Tim Pengkajian Peran Perum Bulog dalam Stabilisasi Harga Pangan yang dibentuk presiden tidak memberikan perubahan apapun mengenai harga kedelai," kata Suharto, Koperasi Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) kepada Kompas.com, Kamis (4/10). Suharto mengatakan, Tim yang dibentuk presiden tersebut diketuai oleh Wakil Menteri Perdagangan sesuai SK Menko Perekonomian N0. 57/2012. Tim merupakan gabungan kementerian yang dibantu tenaga ahli. Sayangnya, pembentukan tim ini tidak berimbas pada penurunan harga kedelai.
Suharto menambahkan, sebenarnya tim pengkajian ini sudah pernah melakukan diskusi. Dari diskusi dan survey tersebut, diperkirakan bulan September harga kedelai bisa naik hingga Rp 9.000 rupiah per kilogram (kg), dan pemerintah akan memberikan subsidi untuk para perajin. Sayangnya sampai saat ini, Surat Keputusan (SK) subsidi belum juga turun. Suharto mengungkapkan, hasil kajian tim tersebut meleset dari proyeksi, sebab harga kedelai termurah masih Rp 7.300 dan harga kedelai kualitas baik Rp 7.900. Nilai masih diatas harga yang diinginkan perajin, yaitu Rp 5.500 per kg. Menurutnya, harga Rp 5.500 merupakan harga yang paling tepat bagi para perajin. "Kalau harga masih tak stabil, kami akan turunkan 50.000 perajin tahu tempe se-Jabodetabek dan Jawa Barat. Aksi tersebut akan dilakukan di depan Istana Negara dan DPR pada pertengahan Oktober nanti," katanya.