Keelokan alam Natuna yang amat memukau



Tak banyak orang yang pernah menjejakkan kaki di Natuna. Maklum, gugusan pulau yang terletak di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) itu termasuk salah satu wilayah terluar Indonesia.

Meski terletak di ujung utara negeri, Natuna menawarkan tempat wisata yang luar biasa memukau. Bagi Anda yang berencana pelesiran di akhir tahun ini, Natuna layak masuk daftar. Kelelahan menempuh perjalanan panjang niscaya bakal terbayar kontan ketika Anda disuguhi pemandangan alam Natuna yang begitu amat indah.

Natuna, yang dicomot dari bahasa Belanda natunae yang berarti alami, letaknya menjorok ke Laut China Selatan, mendekati Kepulauan Spratly yang jadi rebutan lima negara: China, Vietnam, Filipina, Malaysia, serta Brunei Darussalam.


Karena posisi kepulauan ini terisolasi di tengah laut luas layaknya pulau-pulau terluar negara kita lainnya, akses transportasi dari dan ke Natuna hanya jalur laut dan udara.

Transportasi laut menjadi sarana angkut paling ekonomis untuk mencapai wilayah Natuna. Dari Jakarta atau Surabaya, Anda bisa menumpang Kapal Motor (KM) Bukit Raya milik PT Pelni. Butuh waktu empat hari dari Ibukota untuk lego jangkar di kepulauan yang kaya minyak dan gas tersebut. Ongkosnya bervariasi, mulai dari Rp 380.000 hingga Rp 1,5 juta tergantung dari kelasnya.

Tapi, bagi yang ingin cepat sampai ke Natuna, bisa menggunakan pesawat terbang. Saat ini, hanya ada satu maskapai yang melayani rute ke Natuna, yakni Wings Air dari Bandara Hang Nadim, Batam. Itu pun cuma ada sekali, setiap hari Senin, Kamis, dan Sabtu. Penerbangan dari Batam ke Natuna dengan ATR 72-500, pesawat baling-baling atawa propeler dengan mesin ganda, memakan waktu sekitar 1,5 jam.

Bandara Ranai di Natuna terletak di Pulau Natuna Besar, pulau terbesar di Kepulauan Natuna. Penduduk lokal lebih suka menyebutnya Pulau Bunguran. Ketika sampai di sana, selain udara yang segar dan sejuk, pemandangan Gunung Ranai yang menjulang ke angkasa akan menyambut Anda.

Mendaki Ranai

Untuk yang doyan mendaki, Gunung Ranai yang memiliki ketinggian 1.035 meter di atas permukaan laut bisa menjadi objek pendakian yang menarik. Walau tidak terlalu tinggi, Gunung Ranai memiliki gradasi jenis tanaman yang memperlihatkan tipe-tipe vegetasi seperti yang biasa ditemui di gunung yang tinggi. Misalnya, meranti, rasamala, keruing, dan turi. Fenomena ini lantaran hutan di Gunung Ranai termasuk hutan berawan dataran rendah atau lowland cloud forest.

Salah satu karakter lowland cloud forest adalah puncak gunung biasanya sering tertutup awan dan diselimuti kabut tebal. Karena itu, sangat sulit untuk mencapai Puncak Datuk Panglima Husin, puncak tertinggi di Gunung Ranai yang merupakan tebing batu setinggi 200 meter. Pendakian juga biasanya hanya bisa dilakukan ketika cuaca cerah untuk menghindari kabut, hujan, dan angin.

Namun, Gunung Ranai bukanlah objek wisata satu-satunya di Pulau Bunguran. Sepanjang perjalanan dari Bandara Ranai ke Kota Ranai, ibukota Kabupaten Natuna, misalnya, Anda bakal disuguhi pantai nan indah, dengan batu-batu berukuran raksasa berwarna hitam dengan arsiran kelabu. Tidak ada yang tahu pasti dari mana batu-batuan itu berasal. Banyak yang percaya, bebatuan seukuran rumah tersebut merupakan muntahan dari perut Gunung Ranai yang meletus sangat hebat jutaan tahun lalu.

Menurut Basri, Asisten Administrasi Umum Bupati Sekretariat Daerah Natuna, batu-batu raksasa itu sebenarnya memiliki nilai ekonomi karena termasuk batu granit yang bisa diekspor untuk kebutuhan industri keramik dan marmer. Tekstur dan kekerasannya bahkan lebih baik dari batu granit China yang saat ini merajai pasar batu granit dunia. “Cuma, belum ada investor yang tertarik mengembangkannya,” katanya.

Dari banyak batu yang eksotis ini, yang paling terkenal adalah Batu Rusia. Batunya mudah dijumpai karena terletak di tepi Jalan Raya Ranai. Ceritanya, dulu sekali, pernah ada kapal Rusia yang terdampar di Natuna. Para anak buah kapal, sebelum ditolong penduduk setempat, sempat beristirahat di batu itu dan menggambar jangkar serta tulisan USSR. Sampai kini tulisan ini masih ada.

Batu yang juga terkenal adalah Batu Sindu. Batu-batuan besar yang terserak di pinggir laut tersebut berada di ujung Pantai Ranai dan Pantai Tanjung.

Pantai-pantai di Pulau Bunguran juga tidak kalah indah. Dengan pasir yang putih dan lembut serta air laut yang hijau dan tenang, sangat cocok buat yang senang berenang di laut atau sekadar menikmati pemandangan pantai. Yang paling indah adalah Pantai Kencana. Selain sangat panjang, pantainya juga amat lebar. Sepanjang pantai, pohon kelapa berbaris rapi memberikan keteduhan. Pemandangan semakin eksotis lantaran Pantai Kencana berlatar belakang Gunung Ranai. Penduduk setempat menamai pantai ini Pantai Stres. Sebab, bersantai di pantai itu efektif untuk menghilangkan stres.

Rantau nan indah

Kelebihan lainnya, tidak seperti pantai di daerah Anyer, Carita, atau Jakarta yang sudah dikaveling-kaveling menjadi milik pribadi dan dipungut bayaran, pantai-pantai di Pulau Bunguran kepunyaan publik. Jadi, masuk ke kawasan pantai tidak diminta bayaran alias gratis. Di pagi dan siang hari, pantai masih sangat sepi. Pantai baru mulai ramai di sore hari, ketika warga Bunguran berdatangan untuk jalan-jalan bersama keluarga menikmati keelokan pantai mereka.

Karena pemandangan alam yang begitu indah, banyak pendatang menjuluki Ranai dengan singkatan rantau nan indah. Namun, “Kalau sudah berbulan-bulan di sini, singkatan Ranai sudah berubah menjadi ratapan anak istri,” ujar Komandan Pangkalan Udara (Lanud) Ranai Letnan Kolonel Danang Setyabudi, tertawa terbahak.

Selain wisata alam, Pulau Bunguran juga punya tempat wisata religi, yaitu Masjid Agung Natuna. Yang menarik, arsitekturnya sangat megah dan indah, tidak kalah dengan Masjid Istiqlal dan Masjid At Tin di Jakarta. Lanskap tempat ibadah umat muslim yang berada persis di kaki Gunung Ranai ini juga makin menambah keindahan Masjid Agung Natuna.

Kalau Anda sudah menetapkan Natuna sebagai tujuan melancong akhir tahun ini, tidak perlu khawatir soal tempat penginapan. Di Bunguran ada dua hotel, yang walaupun fasilitasnya tidak bisa dibandingkan dengan hotel berbintang di Batam, masih cukup layak. Tarifnya Rp 400.000 per malam termasuk fasilitas WiFi yang bisa diakses cuma-cuma.

Yang agak repot adalah sarana transportasi. Karena tidak ada angkutan umum, maka angkutan di pulau ini hanya ojek. Itu pun sulit dicari, kalaupun ada tarifnya lumayan mahal. Karena itu, Anda bisa minta bantuan pihak hotel untuk mencarikan orang yang bersedia menyewakan motor atau mobilnya. Cuma harga sewanya memang agak mahal, mencapai ratusan ribu per hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari