Kegiatan ekspor terhambat akibat kontainer langka



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ditengah pandemi covid-19 para pelaku usaha sedang dihadapkan pada permasalahan kelangkaan kontainer dan keterbatasan ruang atau space di kapal.

Sekjen Indonesia Maritime, Logistic and Transportation Watch (IMLOW) Achmad Ridwan Tentowi mengungapkan, hal tersebut mengakibatkan terjadinya kenaikan harga pengiriman logistik dari Indonesia ke Amerika dan negara Eropa. 

"Permasalahan utamanya adalah kelangkaan peti kemas/kontainer untuk ekspor yang bukan hanya terjadi di Indonesia tapi secara global," kata Ridwan kepada kontan.co.id, Kamis (3/12).


Selain itu, adanya penurunan importasi barang konsumsi selain karena daya beli masyarakat menurun juga mulai banyaknya masyarakat yang menggunakan produk dalam negeri. "Turunnya impor bahan baku disebabkan oleh turunnya permintaan ekspor untuk produk manufaktur," ujar Ridwan.

Menurut Ridwan, menurunnya pembelian di pasar global menyebabkan utilisasi banyak pabrikan juga mengalami penurunan. Selain daripada hal tersebut dengan menurunnya impor dalam Pertikemas/Kontainer menyebabkan kekurangan Petikemas/Kontainer untuk ekspor. 

"Hal ini bukan hanya terjadi di Indonesia saja, tapi terjadi di seluruh  dunia.  Pada saat ini defisit jumlah petikemas untuk memenuhi kegiatan logistik global berdampak baik kepada eksportir, importir dan seluruh stakeholder pelayaran," jelasnya.

Ridwan menyebut, bila peti kemasnya langka tentu akan ada penumpukan barang digudang, selain dari pada itu ada beberapa destinasi tertentu yang oleh pelayarannya stop booking, untuk menghindari penumpukan peti kemas full di pelabuhan transhipmen.

Baca Juga: Kontainer langka, biaya ekspor impor membengkak

Ia juga mendesak pemerintah agar mempercepat pemusnahan limbah plastik yang menumpuk di pelabuhan-pelabuhan yang ada di Indonesia, terutama di pelabuhan Tanjung Priok agar kontainernya bisa dimanfaatkan untuk kegiatan ekspor. "Kontainer limbah plastik kemaren ada ribuan di tanjung priok yang harus dimusnahkan, dipercepat pemusnahannya, pemerintah membantu mempercepat pemusnahannya, agar kontainer tersebut bisa dipakai oleh pelayaran lagi untuk kegiatan ekspor kembali" imbuh Ridwan.

Hal yang sama diungkapkan Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) yang mengeluhkan kelangkaan kontainer dan keterbatasan ruang di kapal saat ingin mengekspor. Hal ini menyulitkan pebisnis mebel dalam mengekspor.

Ketua Presidium Himki Abdul Sobur memaparkan, dari total 10-15 kontainer per minggu yang dibutuhkan, hanya 5-6 kontainer saja yang tersedia. Selanjutnya, untuk eksportir besar, dari kebutuhan 100 kontainer per minggu hanya bisa mendapatkan 25-50 kontainer saja. Kelangkaan kontainer telah mengerek naiknya harga freight hingga 5x lipat lebih.

"Keterbatasan ruang di kapal membuat eksportir terkena demurage, sehingga sebagian terpaksa membatalkan ekspor dan membongkar kembali kontainer. Apabila kondisi tersebut terus berlanjut, ujung-ujungnya mereka gagal ekspor dan berakibat terkena wanprestasi dan kena penalti, karena tidak bisa memenuhi kontrak sesuai jadwal,” jelas Sobur.

Editor: Handoyo .