Kegiatan usaha akan melambat hingga akhir 2016



JAKARTA. Kegiatan usaha pada kuartal ketiga tahun ini menujukkan pertumbuhan secara year on year (YoY). Meski demikian, pertumbuhannya melambat dibandingkan pertumbuhan pada kuartal sebelumya.

Hal tersebut terindikasi dari Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia (BI) yang menujukkan bahwa saldo bersih tertimbang (SBT) kuartal ketiga tahun ini sebesar 13,20%. Sementara, SBT kuartal kedua tahun ini tercatat sebesar 18,40%.

Berdasarkan survei tersebut, penurunan kegiatan usaha terindikasi hampir pada enam dari sembilan sektor. Penurunan terbesar terjadi pada sektor pengolahan, yang disusul dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor listrik, gas dan air bersih.

Pada sektor pengolahan, penurunan kegiatan usaha terutama terjadi karena perlambatan pada subsektor industri makanan, minuman dan tembakau. "Hal ini sesuai dengan pola historis sesudah ramadhan dan Idul Fitri," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara sebagaimana dikutip dari situs resmi BI, Selasa (10/10).

Hasil survei mencatat, nilai prompt manufacturing index (PMI) sektor pengolahan kuartal ketiga sebesar 48,74%, lebih rendah dibanding periode tiga bulan sebelumnya yang tercatat 52,38%. Kinerja industri pengolahan yang mencatatkan kontraksi tersebut disebabkan oleh kontraksi pada volume indeks pesanan dan jumlah tenaga kerja.

Dari sisi investasi, kegiatan investasi pada kuartal ketiga tahun ini tumbuh melambat, yang tercermin dari SBT yang hanya mencapai 7,92%, lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang sebesar 10,82%. Namun, sektor keuangan, real estate, dan konstruksi tercatat masih mengalami peningkatan.

Dari sisi kapasitas produksi, penggunaan kapasitas produksi secara rata-rata mengalami penurunan. Rata-rata penggunaan kapasitas terpakai kuartal ketiga tercatat sebesar 76,21%, lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang tercatat sebesar 77,01%, dengan pengunaan kapasitas produksi paling rendah terjadi pada sektor pengolahan.

Sementara itu, kondisi keuangan perusahaan berdasarkan likuiditas selama tiga bulan terakhir tercatat menurun. Tak hanya itu, kemampuan perusahaan untuk mencetak laba (rentabilitas) juga terindikasi menurun. Namun, dari sisi pembiayaan, dunia usaha menilai akses kredit perbankan relatif lebih mudah dibandingkan kuartal sebelumnya.

Sejalan dengan perlambatan kegiatan usaha, pengunaan tenaga kerja juga mengalami penurunan dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Penurunan tenaga kerja terutama terjadi pada sektor pengolahan, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Pertumbuhan kegiatan usaha yang melambat diperkirakan berlanjut hingga kuartal terakhir tahun ini. Hal tersebut terjadi karena adanya kontraksi yang diperkirakan terjadi pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan sejalan dengan kondisi cuaca yang kurang mendukung.

Namun demikian, kegiatan investasi diperkirakan akan meningkat di kuartal keempat pada tahun ini. Peningkatan investasi tersebut diperkirakan terjadi pada sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan.

Survei menujukkan, PMI industri pengolahan pada kuartal keempat 2016 berada pada level ekspansi. "Hal tersebut terutama didorong oleh ekspansi indeks volume produksi dan indeks jumlah tenaga kerja," tambah Tirta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini