Kehilangan Tenaga, Kurs Rupiah Tembus Rp 10.000 per US$



JAKARTA. Agaknya pertahanan Bank Indonesia (BI) mengawal rupiah mulai jebol. Buktinya, kurs rupiah makin kehilangan tenaga, malahan sudah menembus batas psikologis pasar Rp 10.000 per US$. Berdasarkan data Bloomberg pukul 21.27, posisi rupiah lunglai di Rp 10.050 per US$. Bank sentral ogah memberi komentar panjang lebar soal pelemahan rupiah ini. "Sekarang begitu banyak  ketidakpastian. Kalau kami memberi banyak pendapat dan informasi, nanti pasar malah bingung," begitu kata Deputi Gubernur Senior BI Miranda Swaray Goeltom, hari ini.BI hanya minta pasar untuk tidak panik. BI memastikan akan terus menjaga pasar supaya tak berdampak besar ke perekonomian nasional. "Bahwa akan kena dampak rasanya sulit untuk dihindarkan, tapi kita coba terus untuk meminimalkan," ujar Miranda.Miranda juga menegaskan, pelemahan rupiah ini tidak berimbas banyak ke exposure alias penempatan dana valas perbankan. Semua  exposure valas perbankan tercatat di BI dan masih sesuai aturan.Exposure valas ini juga tidak akan menimbulkan masalah besar seperti krisis tahun 1997. "Pada saat itu banyak eksposure valas yang tidak tercatat," ungkap Miranda. Kepala Treasury PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Branko Windoe memprediksi rupiah masih akan bergerak sangat fluktuatif. Dengan intervensi bank sentral, dalam sepekan ke depan rupiah bakal berada di level Rp 9.650 sampai Rp 9.950 per US$. "BI bakal terus menggelontorkan likuiditas di pasar jika rupiah mulai menyentuh level Rp 10.000," ujarnya.Branko melihat, jatuhnya rupiah ini lantaran sentimen negatif yang terjadi di pasar global. Apalagi pagi kemarin, bursa Dow Jones turun lebih dari 7%. Ini membuat pemodal asing melakukan panic selling. Branko menilai pemerintah dan BI sudah melakukan langkah yang tepat dengan mengeluarkan keputusan dan peraturan terkait dengan penanganan sektor keuangan. Tapi yang lebih penting, "Konsistensi BI dan pemerintah untuk segera melaksanakan langkah tersebut secara kongkrit. Jangan ditunda," tambahnya. Head of Treasury ANZ Panin Bank Willing Bolung menambahi selain aksi panic selling investor asing, penutupan bursa lebih dari sehari juga memberi sentimen negatif ke pasar. "Ini membuat pasar makin panik," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie