KEIN: Ekspor pertanian berpotensi perkuat ekonomi pada saat rupiah melemah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) mengapresiasi meningkatnya ekspor komoditas pertanian yang semakin signifikan. Harapannya, dengan naiknya pendapatan dari hasil ekspor dapat berkontribusi pada penguatan ekonomi saat rupiah melemah.

Wakil Ketua KEIN Arif Budimanta mengatakan pemerintah Indonesia bisa mengoptimalkan lagi ekspor komoditas pertanian lainnya yang mempunyai nilai lebih besar, misalnya seperti kopi.

"Apalagi jika kita mampu memproduksinya menjadi barang setengah jadi sehingga mempunyai nilai yang lebih tinggi," ujar Arif, dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, Jumat (14/9).


Menurut Arif, andil sektor pertanian terhadap ekonomi nasional ketika rupiah melemah dapat diukur dari nilai ekspor produksi pertanian dan meningkatnya nilai tukar petani (NTP). Apalagi produksi sektor pertanian bukan hanya sebatas untuk ketersediaan pangan domestik namun juga untuk ekspor.

Mengutip pemberitaan Kontan sebelumnya, Kementerian Pertanian dalam setahun terakhir ini mengklaim telah melakukan ekspor dalam jumlah besar sejumlah komoditas pertanian seperti beras, manggis, bibit ayam dan jagung.

Maka guna meningkatkan ekspor tersebut, Arif menyatakan sektor pertanian membutuhkan adopsi teknologi agar dapat semakin mendorong produktivitas proses produksi. Oleh karena itu, Arif berharap pemerintah mulai fokus pada pengembangan teknologi yang bisa menunjang kinerja dan produktivitas petani.

Anggota KEIN Benny Pasaribu juga menyebutkan bahwa sektor pertanian amat mendukung penguatan ekonomi nasional di saat melemahnya rupiah. Apalagi barang impor menjadi mahal dan substitusi dengan menggunakan produk dalam negeri bisa ditingkatkan.

Benny mengungkapkan, jumlah komoditas ekspor dan naiknya NTP merupakan parameter bahwa pertanian memberikan pengaruh terhadap penguatan ekonomi Indonesia.

Adapun berdasarkan hasil riset Badan Pusat Statistik (BPS) di 33 provinsi di Indonesia pada Agustus 2018, nilai tukar petani (NTP) secara nasional naik 0,89% dibandingkan NTP Juli 2018, yakni dari 101,66 menjadi 102,56.

Kenaikan NTP pada Agustus 2018 ini disebabkan indeks harga pertanian meningkat sementara indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian menurun.

"Ekspor itu kan hasil industri yang bahan bakunya harus dari dalam negeri supaya lebih berkembang dan petani sejahtera," kata Benny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto