KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kejaksaan Agung (Kejagung) telah menetapkan 4 orang tersangka dalam perkara dugaan tindak pidana korupsi dalam pemberian fasilitas impor garam industri pada tahun 2016 sampai dengan 2022. Adapun 4 orang tersangka tersebut yaitu MK selaku Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian RI periode 2019-2022; FJ selaku Direktur Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian RI. Lalu, YA selaku Kepala Sub Direktorat Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian RI; dan FTT selaku Ketua Asosiasi Industri Pengolah Garam Indonesia (AIPGI).
Untuk kepentingan penyidikan, 4 orang tersangka dilakukan penahanan selama 20 hari terhitung sejak 02 November 2022 sampai dengan 21 November 2022.
Baca Juga: Kejagung Periksa Dugaan Korupsi di Kemenperin Terkait Impor Garam Industri 2016-2022 Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Ketut Sumedana menyampaikan, modus operandi yang dilakukan oleh para tersangka adalah merekayasa data kebutuhan dan distribusi garam industri sehingga seolah-olah dibutuhkan impor garam sebesar 3,7 juta ton. Padahal para tersangka mengetahui data yang mereka susun akan menjadi dasar penetapan kuota impor garam. "Akibatnya, impor garam industri menjadi berlebihan dan membanjiri pasar garam konsumsi domestik. Mengenai jumlah kerugian negara dan perekonomian negara, masih dalam proses perhitungan oleh ahli," ujar Ketut dalam keterangan tertulis, Rabu (2/11 Adapun pasal yang disangkakan kepada para tersangka yaitu Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Dalam perkara ini, Tim Penyidik juga melakukan penggeledahan di sejumlah tempat. Antara lain di beberapa tempat yang berlokasi di daerah Jakarta, Jawa Timur (Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Pamekasan), Jawa Barat (Cirebon, Bandung, dan Sukabumi) dan yang terbaru di Kantor Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) serta APL Tower-Central Park. "Dalam penanganan perkara untuk kedepannya, tidak tertutup kemungkinan akan adanya penetapan tersangka baru yang akan dimintakan pertanggungjawaban," pungkas Ketut.
Sebelumnya, Ketut menjelaskan, pada tahun 2018 terdapat 21 perusahaan importir garam yang mendapat kuota persetujuan impor garam industri sebanyak 3.770.346 ton atau dengan nilai Rp 2,05 triliun tanpa memperhitungkan stok garam lokal dan stok garam industri yang tersedia sehingga mengakibatkan garam industri melimpah. "Para importir kemudian mengalihkan secara melawan hukum peruntukan garam industri menjadi garam konsumsi dengan perbandingan harga yang cukup tinggi sehingga mengakibatkan kerugian bagi petani garam lokal dan kerugian perekenomian negara," terang Ketut.
Baca Juga: Perkara Impor Garam Industri, Kejagung Periksa Pejabat Kementerian Perdagangan Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat