Kejaksaan Beijing memulai gugatan terhadap anak usaha Tencent, ini alasannya



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Kejaksaan Beijing memprakarsai gugatan untuk kepentingan publik sipil terhadap anak usaha Tencent pada hari Jumat. Dalam gugat itu disebutkan bahwa "youth mode" yang terdapat pada aplikasi pesan sosial populer WeChat, tidak mematuhi undang-undang yang melindungi anak di bawah umur.

Gugatan itu diprakarsai oleh Kejaksaan Rakyat Distrik Haidian Beijing terhadap Shenzhen Tencent Computer Systems Co Ltd. Pengajuan gugatan tersebut telah diposting di JCRB.com, sebuah situs web yang dijalankan oleh jaksa tinggi China.

Namun dalam pengajuan gugatan itu, tidak disebutkan bagaimana "youth mode" pada WeChat melanggar hukum di China. Mengutip Reuters, hingga berita ini diturunkan Tencent tidak segera menanggapi permintaan wawancara.


"Youth mode" yang terdapat dalam WeChat, ketika diaktifkan, membatasi akses pengguna muda ke beberapa permainan dan fitur yang terdapat di aplikasi pesan tersebut, seperti pembayaran atau menemukan teman terdekat.

Baca Juga: Media China kritik game online, Kekayaan CEO Tencent menyusut hingga Rp 200 triliun

Pihak berwenang China telah menyerukan agar anak di bawah umur lebih terlindungi dari bahaya online, sebuah sentimen yang digemakan oleh media pemerintah. Di pekan ini, China juga mengkritik industri video game serta platform online yang membantu mempromosikan budaya selebriti.

Tencent pada hari Selasa mengumumkan, pembatasan baru pada akses anak di bawah umur ke video game andalannya, "Honor of Kings". Ini dilakukan setelah sahamnya jatuh akibat artikel media pemerintah yang menggambarkan game online sebagai "candu spiritual".

Pada bulan April lalu, Reuters melaporkan, mengutip orang-orang yang mengetahui masalah ini, bahwa China sedang mempersiapkan denda besar untuk Tencent sebagai bagian dari tindakan keras antimonopoli terhadap raksasa internet negara itu. Namun denda untuk Tencent diperkirakan kurang dari rekor denda US$ 2,75 miliar yang dikenakan pada Alibaba.

Selanjutnya: Valuasi raksasa teknologi China melorot gara-gara aksi keras Beijing

Editor: Anna Suci Perwitasari