Jakarta. Dokumen yang diperoleh Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) dari Kesetjenan DPR mengungkap sejumlah kejanggalan perjalanan dinas Ketua DPR Setya Novanto dan rombongan ke Amerika Serikat (AS). Wakil Ketua MKD Junimart Girsang mengatakan, salah satu kejanggalan yang ditemukan adalah mengenai jumlah rombongan yang berangkat. Menurut dia, berdasarkan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, anggota DPR yang berangkat ke AS harusnya berjumlah tujuh orang.
Namun dokumen yang didapatkan MKD dari pihak Kesekjenan, menunjukkan bahwa jumlah rombongan yang berangkat mencapai 20 orang dengan anggaran Rp 2,5 miliar lebih. "Itu yang mau diklarifikasi ke Sekjen DPR. 20 orang itu termasuk ajudan, sekretaris pribadi, dan staf khusus. Tapi enggak ada anggota keluarga," kata Junimart di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/9/2015). Selain itu, masih berdasarkan dokumen Kesekjenan, ditemukan pula bahwa Ketua DPR dan rombongan hanya dijadwalkan berada di AS hingga tanggal 3 September. Rombongan dijadwalkan berangkat pada tanggal 29 Agustus, mengikuti konferensi parlemen dunia pada tanggal 31 Agustus-2 September, dan pulang ke Indonesia keesokan harinya. "Tanggal 4 sudah harus di Indonesia," ucap Junimart. Namun nyatanya, sebagian rombongan, termasuk Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon, baru tiba di Indonesia pada tanggal 12 September, Sabtu malam. "Kita harus mengundang kedutaan besar (Indonesia untuk Amerika Serikat) apakah mereka memfasilitasi setelah tanggal tiga, kalau iya, darimana anggarannya. Bagaimana protokolernya," ucap Junimart. Sekjen DPR Winantuningtyastiti hingga saat ini belum bisa dikonfirmasi mengenai tuduhan kejanggalan tersebut. Bahkan Winantuningtyastiti juga tidak hadir memenuhi panggilan MKD siang ini.
Menurut Junimart, dia berhalangan hadir karena rapat dengan pimpinan DPR. Winantuningtyastiti sudah mengirim surat dan meminta MKD izin terlebih dahulu kepada pimpinan DPR. Adapun Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen Nurhayati Ali Assegaf enggan berkomentar saat dimintai tanggapannya mengenai kejanggalan ini. "Saya tidak mau komentar lagi. Saya di-
bully terus," tuturnya. (Ihsanuddin) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto