Kejar duit ritel, Kemkeu siapkan obligasi baru



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah sepertinya tidak mau ketinggalan dengan rencana Bank Indonesia (BI) mengaktifkan kembali atau reaktivasi penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tenor 9 dan 12 bulan. Jika reaktivasi SBI untuk menggaet pemilik dana asing, Kementerian Keuangan (Kemkeu) akan menambah portofolio surat utang guna memperbesar investor domestik.

Direktur Strategi dan Portofolio Utang Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemkeu Scenaider Siahaan mengatakan, pemerintah tengah merumuskan instrumen surat utang baru. "Kami mau mengoptimalkan potensi investor domestik terutama ritel," kata Scenaider kepada KONTAN, Jumat (20/7).

Scneaider bilang, fokus pemerintah saat ini bukanlah valuta asing, melainkan pengembangan pasar domestik dengan menyasar optimalisasi investor lokal. "Fokusnya investor domestik. Instrumennya kami mau pakai SBN ritel. Valas itu kami pakai untuk pelengkap," jelas Scnaider.


Porsi investor domestik di SBN memang masih minim (lihat tabel). Padahal, investor domestik memiliki potensi besar. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat jumlah rekening nasabah perbankan dengan nilai simpanan lebih dari Rp 500 juta mencapai 1,08 juta per Mei 2018, bertambah 6.055 rekening dari sebulan sebelumnya. Nilai simpanan dari rekening tersebut mencapai Rp 3.841,44 triliun atau 70,94% dari total dana pihak ketiga di bank.

Beda karakter

Direktur Surat Utang Negara Kemkeu Loto Srinaita Ginting mengatakan, pemerintah terbuka dengan opsi-opsi peluang instrumen baru. "Kalau ada permintaan dari investor, bisa kami pertimbangkan," terang Loto, Jumat (20/7).

Loto optimistis reaktivasi SBI tidak akan mengganggu pasar obligasi pemerintah. Sebab, karakteristik SBI berbeda dengan surat perbendaharaan negara (SPN). "SBI ada holding period-nya, Kalau SPN kan tidak," jelas Loto.

Di sisi lain, penerbitan SPN memiliki keterbatasan, tidak seleluasa SBI. "Setiap lelang, kami tidak bisa serap banyak-banyak karena pemerintah juga memperhintungkan refinancing rate," terang Loto.

Menurut Loto, kemungkinan yang bisa terjadi, adalah investor yang tak tertampung di lelang SPN, memilih SBI. Sehingga SBI bisa jadi alternatif bagi investor. Pemerintah juga belum ada rencana mengubah target instrumen jangka pendek. "Belum ada rencana ubah target instrumen jangka pendek karena masih belum mulai SBI-nya, jelas Loto.

Pemerintah menargetkan penerbitan SBN tahun ini sebanyak Rp 414,52 triliun (neto). Dari jumlah itu telah terealisasi Rp 192,6 triliun atau 46,46% selama semester I 2018. Pencapaian itu turun 16,88% dibanding periode sama tahun sebelumnya.

Lelang SBN pada sisa tahun ini masih sesuai jadwal. Akhir Juli ini akan ada dua kali lelang, yakni tanggal 24 untuk obligasi syariah alias sukuk dan tanggal 31 untuk SPN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie