Kejar kinerja di tengah himpitan harga bahan baku



JAKARTA. PT Mayora Indah Tbk (MYOR) mempunyai sejumlah rencana bisnis tahun ini. MYOR berencana memperluas pasar ekspor dengan menjajaki Afrika Utara seperti Libya dan Maroko.

MYOR telah menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) Rp 700 miliar-Rp 1 triliun untuk memenuhi ekspansinya tersebut. Namun mayorias capex memang untuk memperluas pabrik biskuit di Balaraja, Tangerang.

Hendrik Polisar, Direktur Keuangan MYOR mengatakan telah mendapat fasilitas kredit dari International Finance Corporation (IFC) US$ 30 juta untuk tambahan dana capex. Kiswoyo Adi Joe, managing partner Investa Saran Mandiri menilai, sejumlah rencana MYOR cukup positif. Sebab peningkatan kapasitas produksi harus dilakukan. "Nantinya perusahaan siap ketika ada kenaikan permintaan," ujar Kiswoyo.


Herman Koeswanto, analis Mandiri Sekuritas dalam riset 13 Juni 2014 bilang, sejumlah ekspansi MYOR di pasar domestik dan internasional sebagai usaha untuk mengejar kompetisi dengan rekanan. Hal ini bisa mendatangkan keuntungan di masa depan.

Di kuartal I-2014, MYOR membukukan penjualan yang kuat dengan pertumbuhan 30% year on year (yoy). Namun, laba bersih MYOR turun 46% yoy menjadi Rp 119 miliar. Penyebabnya adalah rugi kurs dan peningkatan beban usaha lainnya.

Analis Standard Chartered, Alvin Witirto dalam riset 13 Juni 2014 menambahkan, kenaikan memang menjadi bahan baku telah membuat margin MYOR tertekan. Kenaikan harga bahan baku terjadi pada produk makanan ringan dan coffee-mix seperti minyak sawit, gula, krim, dan susu.

Nah untuk menekan beban tersebut, MYOR berencana menaikkan harga jual 5%-15% secara bertahap. Hal ini dilakukan untuk menyiasati harga bahan baku yang terus melonjak. Untuk memperbaiki margin, MYOR berencana menaikkan harga jual. Untungnya, perang harga diantara produk konsumsi sudah tidak terjadi. Herman melihat, MYOR mulai mendapat kekuatan untuk menentukan harga, terutama pada segmen kopi.

Kiswoyo pun optimistis, kenaikan harga tidak akan mengurangi penjualan MYOR. Pasalnya, dia melihat, harga produk lain juga telah naik.

Tapi Alvin melihat, persaingan produk kopi instant masih terjadi. Meski MYOR pemain terbesar kedua dalam penjualan kopi instan di 2013. Namun, pesaing MYOR mempunyai strategi agresif dengan promosi beli dua gratis satu.

Untuk melawan persaingan ini, Alvin bilang, sebaiknya, MYOR dapat mengalokasikan biaya pemasaran 7%-8% dari pendapatan pada akhir 2014. Di kuartal I-2014, MYOR hanya menganggarkan 5,4% dari pendapatan.

Prospek MYOR yang muram tersebut membuat manajemen tak yakin bisa meningkatkan laba bersih. Tahun ini, MYOR berharap pendapatan naik 15%-17% dari Rp 12,02 triliun. Namun, laba bersih turun 20%-25% dari Rp 996,91 miliar. Tapi Herman memperkirakan, pendapatan MYOR bisa tumbuh 18,88% jadi Rp 14,29 triliun. Dan laba bersih turun jadi Rp 803 miliar.

Alvin merekomendasikan, in-line di Rp 30.363 per saham. Kiswoyo merekomendasikan, buy di Rp 31.000. Dan Herman merekomendasikan, neutral di Rp 27.200. Kamis (19/6) harga MYOR di Rp 29.300 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana