Kejar Pemulihan Kinerja, Begini Strategi Trias Sentosa (TRST)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Trias Sentosa Tbk (TRST) mengalami penurunan kinerja di awal tahun. Emiten yang bergerak di industri kemasan fleksibel ini menyiapkan sejumlah strategi untuk mencapai pemulihan kinerja menjelang akhir tahun 2023.

Komisaris Trias Sentosa, Sugeng Kurniawan, membeberkan sejumlah tantangan yang mengganjal kinerja TRST sepanjang kuartal pertama 2023. Pertama, dari kondisi makro ekonomi dan industri global.

Dampak dari lonjakan suku bunga acuan dan tingginya inflasi di sejumlah negara membuat daya beli atau demand mengalami penurunan. Pada saat yang bersamaan, pemulihan rantai pasok setelah pandemi covid-19 membuat perusahaan kembali menormalkan persediaan.


"Waktu terjadi Covid-19 dan banyak pembatasan, customer besar di negara-negara maju punya banyak stok. Ketika demand turun, mereka butuh waktu untuk menghabiskan stok," terang Sugeng dalam paparan yang digelar Rabu (28/6).

Kedua, faktor penurunan harga minyak mentah yang berimbas pada merosotnya harga bahan baku industri. Sejalan dengan penurunan harga minyak mentah dunia, harga polypropylene dan polyester film pun mengalami penurunan sekitar 30%.

Baca Juga: Trias Sentosa (TRST) Proyeksikan Mesin Baru Dapat Beroperasi pada Kuartal IV

"Kami ini barang industri, bukan barang consumer goods langsung. Kalau barang industri, sebelum dibeli sudah ditawar. Misalnya bahan baku plastik, harga minyak bumi turun, ya jadi ikut turun. Kami terkoreksi cukup dalam karena barang industri," ungkap Sugeng.

Ketiga, tren penurunan harga bahan baku mengakibatkan pasar cenderung bersikap menunggu atau wait and see, sembari menormalisasi stok barang. Apalagi dengan ketatnya kompetisi dari peningkatan produk impor, harga jual pun menjadi sangat kompetitif di pasar lokal.

Kombinasi dari ketiga faktor tersebut membuat kinerja TRST ambles pada kuartal pertama 2023. Merujuk laporan keuangan, TRST hanya mengantongi penjualan sebesar Rp 777,79 miliar atau terpangkas 29,35% dibandingkan penjualan per Maret 2022 senilai Rp 1,1 triliun.

Penjualan ke pasar domestik mendominasi senilai Rp 460,20 miliar atau 59,16% dari total penjualan. Sedangkan penjualan ekspor berkontribusi Rp 317,58 miliar atau menyumbang 40,83% terhadap total penjualan. Penjualan domestik dan ekspor masing-masing anjlok 25,55% dan 34,22% dibandingkan kuartal I-2022.

 
TRST Chart by TradingView

Sejalan dengan itu, laba neto tahun berjalan TRST ambles 98,08% dari Rp 57,80 miliar per Maret 2022 menjadi tinggal Rp 1,11 miliar per Maret 2023. Bottom line TRST bahkan berbalik negatif dari laba neto yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 51,42 miliar pada kuartal I-2022 menjadi rugi bersih Rp 2,22 miliar.

Sugeng bilang, hingga paruh pertama 2023, situasi makro ekonomi dan industri belum ada perbaikan signifikan. Namun berdasarkan informasi yang dihimpun dari sejumlah customer ekspor TRST, Sugeng optimistis akan ada pemulihan menjelang akhir tahun 2023.

"Yang jadi masalah demand turun, sehingga butuh waktu menghabiskan stok. Menurut customer kami, terutama ekspor, demand diharapkan akan segera membaik. Paling tidak di akhir kuartal ketiga 2023 mulai membaik," terang Sugeng.

Secara volume produksi maupun penjualan, Sugeng yakin realisasi tahun ini dapat mengimbangi capaian tahun lalu. Hanya saja, jika kondisi makro ekonomi dan industri tak menunjukkan perbaikan signifikan, maka secara nilai penjualan akan sulit untuk mencapai level kinerja seperti tahun lalu.

Guna memitigasi kondisi tersebut, Sugeng membeberkan TRST pun menyiapkan sejumlah strategi. Pertama, kolaborasi yang dapat menciptakan pertumbuhan bisnis baik dengan customer lokal maupun ekspor. Kedua, mengantisipasi efek fluktuasi harga komoditas dengan menggenjot produk baru yang punya nilai tambah.

Baca Juga: Trias Sentosa (TRST) Putuskan Bagi Dividen Rp 20 per Saham, Simak Jadwalnya

Ketiga, meningkatkan penjualan produk berbasis cast film (CPP based film). Keempat, peningkatan produktivitas dan optimalisasi sumber daya. Strategi ini ditopang oleh ekspansi yang telah dijalankan oleh TRST, yakni dengan perluasan Biaxially-Oriented Polypropylene film (BOPP) line 7 dan line CPP.

Sugeng menyampaikan, pemasangan mesin BOPP line 7 dan line CPP telah dilakukan pada akhir tahun lalu. Total investasi untuk kedua ekspansi tersebut mencapai sekitar US$ 45 juta untuk BOPP line 7 dan sekitar US$ 8 juta untuk line CPP.

Ekspansi yang digelontorkan Trias Sentosa Grup pada tahun lalu membuat TRST nyaris tidak mengeluarkan belanja modal (capex) pada tahun ini. "Mayoritas spending capex tahun lalu, jadi tahun ini hanya sisa-sisanya, kalau ada pun tinggal pembayaran yang kecil-kecil saja," tandas Sugeng.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari