KONTAN.CO.ID - Untuk memenuhi pasar ekspor dan impor buah durian wilayah Priangan Timur di Jawa Barat (Jabar) kini mulai melangkah untuk jadi sentra penghasil durian. Para petani durian di Tasikmalaya, Garut, Ciamis, Pangandaran dan beberapa wilayah lainnya di Indonesia berusaha meningkatkan kemampuan mereka dalam budidaya si raja buah. Sehingga dengan begitu wilayah Priangan Timur bisa muncul menjadi penghasil durian premium. Kegiatan seminar dan workshop dengan tema 'Petani Cerdas Durian Lokal Mendunia' yang digelar Eksplorasi Durian Nusantara member dari Durian Traveler, melaksanakan kegiatan itu di kebun durian Aa Kadu, Kampung Cihanja, Desa Cikeusal Kecamatan Tanjungjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Sabtu (3/2/2024) kemarin.
Lebih dari 100 petani durian hadir dalam acara tersebut. Bukan hanya dari Priangan Timur saja, para petani dari Medan, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Utara pun turut hadir. Para petani ini tampak antusias menyimak paparan dari sejumlah petani ahli dalam berkebun durian. "Kami berusaha mendidik teman-teman petani durian di wilayah Priangan Timur, karena Priangan Timur sudah menjadi sentra industri durian, dalam artian banyak petani yang sudah menanam, luasnya hingga ratusan hektare," ungkap pendiri Durian Traveler, Sigit Purwanto. Memang potensi tersebut belum bisa menghasilkan manfaat maksimal. Kualitas durian belum mampu mencapai kualitas premium, sehingga sulit menembus pasar ekspor. "Secara ilmu pengetahun tentang durian, petani di Priangan Timur masih sangat kurang, makanya kami undang petani berpengalaman dari Medan dan ahlinya untuk berbagi ilmu," ungkapnya. Sigit mengatakan, dengan bergabung bersama jejaring komunitas akan menjadi daya dobrak untuk para petani durian. Jadi semua bisa mengetahui perkembangan dan saling berbagi pengalaman. "Kita akan berjejaring, kita akan tingkatkan kelompok tani, hasil panennya akan kita tampung untuk memenuhi market kita yang masih kekurangan," kata Sigit. Lebih lanjut dia memaparkan agrobisnis durian sangat potensial, apalagi jika petani 'bermain' di jenis durian premium. "Kalau secara ekonomi bisnis durian sangat gurih, apa lagi durian unggulan yang dikebunkan seperti Musangking, Duri Hitam dan Bawor. Sebagai gambaran itu di tingkat petani harganya Rp 150 sampai 350 ribu per kilogram," jelasnya. Dalam perhitungan lebih detail, Sigit mengatakan satu pohon durian di usia tujuh tahun bisa menghasilkan Rp20 juta sampai dengan Rp35 juta, dalam sekali masa panen. Kendati begitu, ada tantangan yang harus dihadapi seperti masa tanam sampai dengan panen yang cukup lama. Termasuk perawatan intensif dan tantangan lainnya. "Tantangannya berkebun durian itu cukup lama, tanam hingga berbuah butuh 4 tahun. Setelah berbuah pun harus dirawat terus, seperti bayi. Harus ada perawatan, pemupukan dan lainnya," kata Sigit. Mengingat besarnya investasi yang dikeluarkan dan tantangan teknis untuk memanam durian, maka lanjut Sigit para pelakunya harus dibekali kemampuan yang cukup.
"Makanya penting membekali petani tentang berkebun durian yang baik dan benar. Karena investasi yang dikeluarkan untuk berkebun durian itu tidak sedikit, kebun durian itu harus long sustainable, harus bisa diwariskan kepada anak cucu kita nanti," kata Sigit. Sigit berharap Tasikmalaya bisa seperti Kabupaten Parigi Mautong, Provinsi Sulawesi Tengah yang sukses menjadi eksportir durian ke Cina. Harapan itu sangat memungkinkan karena Tasikmalaya atau Priangan Timur memiliki modal potensial. "Tasikmalaya bisa makmur oleh durian seperti daerah lain di Indonesia. Tasik itu relatif dekat ke Jakarta sebagai pasar terbesar durian premium, lahan Tasik punya, petaninya juga ada. Tinggal tugas kita menghasilkan identitas durian Tasikmalaya," kata Sigit. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ridwal Prima Gozal