KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) menjadi salah satu strategi pemerintah untuk meningkatkan pengembangan energi terbarukan di tanah air. Sebab, pemerintah mengejar target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025. Hingga Juni 2022, realisasi bauran EBT tersebut baru mencapai 12,8%. Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana mengatakan, saat ini pemanfaatan energi surya menjadi fokus pemerintah. "Karena melimpahnya potensi energi surya di Indonesia, dan biayanya yang semakin lama semakin kompetitif," kata Dadan kepada Kontan, beberapa waktu lalu.
Bahkan potensi EBT di Indonesia mencapai 3.686 gigawatt (GW) yang didominasi oleh energi surya sebesar 3.295 GW, diikuti oleh energi angin 155 GW, hidro 95 GW, laut 60 GW, bioenergi 57 GW dan panas bumi 24 GW.
Baca Juga: Sampai Semester I, Radiant Utama (RUIS) Kantongi Kontrak Baru Rp 1,4 Triliun Oleh karena itu, pemerintah berencana menambah kapasitas pembangkut EBT hingga 2030 sesuai dengan rencana pembangkit, jaringan transisi dan distribusi, serta penjualan listrik dalam suatu wilayah usaha (RUPTL) PLN pada 2021 - 2030. Adapun rencana tersebut meliputi pengembangan energi hidro, yaitu pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sebesar 9.272 mega watt (MW) dan pembangkit listrik tenaga mikrohido (PLTMH) 1.118 MW. Kemudian diikuti oleh pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) 4.680 MW, pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) 3.355 MW, pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) 597 MW dan PLT Bioenergi 590 MW. Hingga Mei 2022, total pembangkit EBT yang terpasang adalah 11,6 GW. Jika dirinci PLTS sebesar 213,7 MW, PLTB 154,3 MW, PLTA 6.648,4 MW, PLT Bioenergi 2.284 MW, dan PLTP 2.292,7 MW. Selain pembangkit, EBT lainnya yang juga telah dikembangkan adalah bahan bakar nabati yang mana melalui mandatori B30 dengan target di tahun 2022 sebesar 10,1 juta Kiloliter (kL), realisasinya hingga triwulan II 2022 telah mencapai 2,5 juta kL. Tahun ini pemerintah menargatkan bauran EBT bisa mencapai Rp 15,7%. Untuk merealisasikan target tersebut, berbagai strategi telah dipersiapkan oleh pemerintah seperti monitoring dan fasilitasi pelaksanaan proyek PLT EBT pada RUPTL.
Baca Juga: Wijaya Karya (WIKA) Kantongi Kontrak Baru Rp 13,8 Triliun hingga Paruh Pertama 2022 Kemudian implementasi PLTS Atap dengan target 3.610 MW pada 2025. Selanjutnya, mandatori B30 Program Co-Firing Biomassa pada PLTU dengan target 10,2 juta ton pada 2025. Dibarengi peningkatkan mandatori B30 dengan target 11,6 juta kL pada 2025. Selain itu, pencapaian target EBT yang diberlakukan untuk wilayah usaha di luar PLN. "Kami juga akan mempercepat implementasi rancangan Perpres Energi Terbarukan, program PLTS terapung dan percepatan penyelesaian regulasi
power wheeling," terangnya. Tak hanya itu, pemerintah juga mengoptimalisasikan PLTP yang telah beroperasi dengan teknologi
binary dengan menargetkan sembilan wilayah panas bumi pada 2025 dengan potensi pengembangan sebesar 295 MW. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi