KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Indonesia tercatat masih minim. Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) mencatat kesenjangan (gap) yang sangat lebar dari realisasi kapasitas PLTS saat ini dengan target yang harus dicapai dalam bauran energi tahun 2025. Ketua AESI Andhika Prastawa membeberkan, untuk dapat mencapai target bauran energi terbarukan sebesar 23% sesuai Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) di tahun 2025, kontribusi dari pembangkit listrik surya diproyeksikan harus mencapai 6.500 Megawatt (MW). Namun, saat ini kapasitas terpasang yang ada di Indonesia masih kurang dari 200 MW. "Ini menjadi PR kita yang besar, mengingat kesenjangan yang sangat besar antara apa yang kita miliki saat ini dengan target. Ini membuka kesenjangan dengan 6.500 MW yang harus dicapai dalam 5 tahun mendatang," kata Andhika dalam salah satu sesi di IndoEBTKE Connex 2020 yang digelar Kamis (26/11).
Kejar target, di 5 tahun ke depan, butuh tambahan PLTS lebih dari 1.000 MW per tahun
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Indonesia tercatat masih minim. Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) mencatat kesenjangan (gap) yang sangat lebar dari realisasi kapasitas PLTS saat ini dengan target yang harus dicapai dalam bauran energi tahun 2025. Ketua AESI Andhika Prastawa membeberkan, untuk dapat mencapai target bauran energi terbarukan sebesar 23% sesuai Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) di tahun 2025, kontribusi dari pembangkit listrik surya diproyeksikan harus mencapai 6.500 Megawatt (MW). Namun, saat ini kapasitas terpasang yang ada di Indonesia masih kurang dari 200 MW. "Ini menjadi PR kita yang besar, mengingat kesenjangan yang sangat besar antara apa yang kita miliki saat ini dengan target. Ini membuka kesenjangan dengan 6.500 MW yang harus dicapai dalam 5 tahun mendatang," kata Andhika dalam salah satu sesi di IndoEBTKE Connex 2020 yang digelar Kamis (26/11).