KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah semakin intensif dalam upayanya mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2060 atau lebih cepat. Salah satu langkah strategis yang sedang disiapkan adalah larangan penjualan mobil konvensional berbasis
internal combustion engine (ICE) dalam jangka panjang. Kebijakan ini diharapkan dapat mempercepat transisi ke kendaraan listrik atau battery electric vehicle (BEV) yang lebih ramah lingkungan.
Langkah Awal: Perumusan Kebijakan oleh Kemenko Marves
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) saat ini tengah merumuskan kebijakan untuk mendukung implementasi peta jalan sektor otomotif Indonesia. Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin, menyatakan bahwa mekanisme kebijakan pelarangan penjualan kendaraan konvensional masih dalam tahap penggodokan. Target pemerintah cukup ambisius, yaitu menghentikan penjualan kendaraan beremisi karbon pada tahun 2045, atau 15 tahun sebelum target Net Zero Emission pada 2060. Artinya, mulai tahun 2045, tidak ada lagi mobil ICE baru yang dijual di pasar domestik Indonesia.
Baca Juga: Pemerintah akan Terbitkan Aturan Pembelian Pertalite Minggu Depan Tantangan dan Kesiapan Industri Otomotif
Secara teori, rencana penghentian penjualan mobil konvensional ini sangat menantang, terutama mengingat kebijakan ini baru akan berlaku 21 tahun lagi. Saat ini, sebagian besar mobil yang dijual di pasar Indonesia masih menggunakan bahan bakar fosil. Data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan bahwa hingga Juli 2024, penjualan wholesales (dari pabrik ke dealer) mobil nasional mencapai 484.236 unit, sementara mobil listrik baru menyumbang 17.826 unit. Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto, menyatakan bahwa industri otomotif nasional masih menunggu regulasi resmi dari pemerintah sebelum dapat memberikan komentar lebih lanjut mengenai kesiapan menghadapi larangan penjualan mobil ICE pada 2045.
Respons Industri: Adaptasi dan Strategi
Beberapa produsen mobil di Indonesia sudah mulai menyesuaikan diri dengan rencana pemerintah. PT Honda Prospect Motor (HPM), misalnya, telah menyelaraskan rencana mereka dengan visi global Honda yang menargetkan Net Zero Emission pada 2040. Di Indonesia, Honda secara bertahap memperkenalkan teknologi ramah lingkungan, seperti mobil hybrid CR-V RS e: HEV dan Accord e: HEV. Pada tahun 2025, Honda juga akan meluncurkan mobil listrik Honda e di Indonesia.
Baca Juga: Soal Rencana Pembatasan BBM Subsidi, Presiden Jokowi: Belum Ada Keputusan Yusak Billy, Sales & Marketing and Aftersales Director HPM, menegaskan bahwa Honda akan terus berinvestasi dalam pengembangan pasar dan mendukung transisi ke teknologi ramah lingkungan. Honda juga akan terus melakukan evaluasi dan riset untuk beradaptasi dengan perubahan regulasi dan kebutuhan pasar. PT Toyota Astra Motor (TAM), melalui Marketing Director Anton Jimmi Suwandy, menyebut bahwa rencana penghentian penjualan mobil konvensional tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara lain dengan target yang berbeda-beda. Toyota menerapkan strategi multi pathway yang memungkinkan pengembangan berbagai teknologi mobil ramah lingkungan, termasuk hybrid, plug-in hybrid, full electric, flexy fuel, dan hidrogen. Anton menegaskan bahwa pengembangan teknologi ini harus diikuti dengan pendalaman ekosistem kendaraan ramah lingkungan di Indonesia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .