KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Medco Energi Internasional Tbk (
MEDC) optimistis bisa mengejar target produksi di sisa tahun ini. Ini dilakukan dengan menggarap sejumlah proyek pengembangan pada aset eksiting dan melirik peluang akuisisi. Direktur & Chief Operating Officer Medco Energi Internasional, Ronald Gunawan mengungkapkan MEDC akan terus melakukan
portfolio management secara selektif. Sehingga MEDC tidak menutup peluang untuk kembali melakukan akusisi maupun divestasi. "Medco secara rutin melakukan
assessment portfolio. Jadi pada dasarnya kami melihat dengan adanya
portfolio management ini Medco dapat meningkatkan efisiensi secara operasional," ungkap Ronald dalam paparan publik, Senin (26/8).
MEDC mencermati peluang akuisisi, terutama di wilayah yang menjadi fokus area, yakni Indonesia, Asia Tenggara dan Timur Tengah. Ketiga area itu menjadi sasaran dengan mempertimbangkan aset pada negara yang stabil, regulasi yang sudah dipahami, serta pengalaman MEDC dalam beroperasi di wilayah tersebut. Ronald mengatakan, akuisisi yang dilakukan MEDC dalam beberapa tahun terakhir ini telah membuahkan hasil. Akusisi tersebut memberikan kontribusi positif terhadap kinerja operasional maupun keuangan MEDC.
Baca Juga: Proyek Ekspor Listrik MEDC & ADRO ke Singapura Masih Berjalan, tapi Mesti Penuhi TKDN "Akuisisi yang sudah kami lakukan berkinerja baik, sehingga memungkinkan dengan cepat melunasi utang akuisisi Natuna, Ophir dan Corridor. Kami juga berada di jalur yang tepat untuk melunasi utang akuisisi Oman dalam dua sampai tiga tahun ke depan," terang Ronald. Sekadar mengingatkan, pada Desember 2023 MEDC mengakuisisi 20% kepemilikan pada dua Exploration and Production Sharing Agreements (EPSA) di Oman. Yakni atas EPSA produksi Blok 60 dan EPSA eksplorasi Blok 48. Produksi dari Blok 60 Oman telah menghasilkan 12.500 barrel of oil per day (bopd). Bersama dengan kontribusi dari Natuna, Blok 60 Oman ikut mengimbangi penurunan produksi dari aset yang didivestasi oleh MEDC. Seperti diketahui, pada tahun ini MEDC telah melakukan divestasi pada Area 47 di Libya di bulan Mei dan divestasi Ophir Vietnam Block 12W B.V. pada bulan April. Divestasi ini menghasilkan
cash proceeds sebesar US$ 120 juta. Ronald melanjutkan,
portofolio management MEDC tidak hanya di segmen minyak dan gas (migas). MEDC juga akan terus menggelar ekspansi untuk segmen bisnis ketenagalistrikan Energi Baru dan Terbarukan (EBT). "Kami akan melanjutkan
portofolio management yang proaktif, melakukan evaluasi peluang dan peningkatan portofolio melalui akuisisi yang selektif. Termasuk memperluas portofolio kami di EBT," imbuh Ronald.
Pada saat yang sama, MEDC juga melakukan ekspansi organik dengan menggarap sejumlah proyek pengembangan pada aset eksisting. MEDC pun telah menggelontorkan belanja modal (capex) sebesar US$ 152 juta pada semester I-2024 di segmen migas untuk pengembangan di Natuna, Corridor, dan sumur produksi di Blok 60 Oman. Adapun, pada tahun 2024 ini MEDC menyiapkan capex sebesar US$ 350 juta untuk pengembangan migas. Sekitar 54% dari capex ditujukan untuk pengeboran, dimana MEDC menargetkan 87 sumur di tahun ini. MEDC menargetkan kontribusi tambahan dari beberapa lapangan seperti Forel yang diproyeksikan bisa menyumbang 10.000 bopd dan dari lapangan West Belut. "Ada lapangan pengembangan baru yang akan mulai berproduksi. Oleh karena itu rata-rata tahunan akan bergerak menuju batas atas panduan produksi kami di 2024," terang Ronald. Pada tahun ini, MEDC membidik produksi migas sebanyak 145 - 150 million barrel oil equivalent per day (mboepd). Dengan mengejar biaya produksi tunai unit (
cash cost) migas yang efisien, di bawah US$ 10 barrel oil equivalent (boe). Di segmen ketenagalistrikan, MEDC menganggarkan capex sebesar US$ 80 juta, dimana realisasi semester I-2024 sebesar US$ 36 juta. Capex ini dialokasikan untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Bali Timur dan pengembangan pembangkit listrik panas bumi (geothermal) Ijen. PLTS Bali Timur memiliki kapasitas 25 Megawatt peak (MWp) yang ditargetkan akan selesai pada akhir tahun ini. Sedangkan pengembangan geothermal Ijen tahap I punya kapasitas 34 MW yang ditargetkan rampung pada kuartal IV-2024 dan beroperasi komersial pada kuartal I-2025. Baca Juga:
Medco Energi (MEDC) Siapkan Dana Rp 941,8 Miliar Untuk Melunasi Obligasi Dari sisi kinerja keuangan, MEDC meraih laba bersih senilai US$ 200,99 juta atau melejit setinggi 68,24% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau secara
Year on Year (YoY). Sebagai perbandingan, MEDC membukukan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk US$ 119,46 juta pada semester I-2023. Lonjakan
bottom line ini sejalan dengan kenaikan pendapatan yang meningkat 4,50% (YoY) dari US$ 1,11 miliar menjadi US$ 1,16 miliar pada semester I-2024. Salah satu pendongkrak laba bersih MEDC adalah lonjakan kontribusi dari PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), yang menyumbang sebanyak US$ 99 juta. "Meningkat secara signifikan, didukung oleh produksi tembaga dan emas yang hampir mencapai rekor tertinggi," ungkap Ronald. Proyek smelter AMMN telah memasuki tahap
commissioning pada 31 Mei 2024, dengan produksi pertama katoda tembaga ditargetkan pada kuartal IV-2024. AMMN telah menerima izin dari Kementerian Perdagangan untuk mengekspor konsentrat tembaga hingga 31 Desember 2024.
Di tengah fluktuasi harga komoditas, terutama harga minyak mentah dunia, Ronald pun optimistis MEDC bisa menjaga kinerja positif pada sisa tahun ini. Dia menjelaskan, MEDC memiliki bauran produksi yang seimbang, dimana 50% dipengaruhi oleh fluktuasi harga pasar dan 50% dijual dengan harga domestik yang tetap. "Bauran ini memberikan keuntungan saat harga minyak tinggi, dan perlindungan risiko terhadap penurunan harga minyak. Jadi pada dasarnya dampak (fluktuasi harga minyak) bisa kami minimalisasi," tandas Ronald. Dari sisi pergerakan saham, MEDC menutup perdagangan Senin (26/8) dengan penguatan 0,78% ke level harga Rp 1.300 per saham. Secara
year to date, harga saham MEDC telah mengakumulasi kenaikan 12,55%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih