JAKARtA. Harga emas beranjak naik, setelah jatuh ke level terendah dua pekan. Pamor logam mulia ini membaik, lantaran otot dollar sedikit mengendur pasca Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) mempertahankan suku bunga di level rendah. Mengutip Bloomberg, Kamis (18/12) pukul 17.15 WIB, emas pengiriman Februari 2015 di Commodity Exchange naik 0,31% dibandingkan hari sebelumnya menjadi US$ 1.198,2 per ons troi. Pada Rabu (17/12), harga emas tergelincir ke level US$ 1.183,8 per ons troi. Ini harga terendah sejak 1 Desember. Namun, dalam dua pekan terakhir, harga tercatat masih turun 2%. Ekspektasi The Fed segera mengerek suku bunga melunturkan pamor emas. Padahal, sebelum spekulasi itu mencuat, emas sempat bertengger di US$ 1.222,5 per ons troi pada Jumat (12/12).
Pada Kamis (18/12) dini hari, Gubernur The Fed Janet Yellen menyatakan, tak buru-buru menaikkan suku bunga. setidaknya hingga April tahun depan. Meskipun tak sesuai ekspektasi pasar, pernyataan itu memberikan petunjuk waktu kenaikan suku bunga. Efeknya, laju penguatan dollar AS tertahan. Kamis (18/12) pukul 18.00 WIB, Bloomberg Dollar Spot Index turun 0,12% ke 1.121,16. Suluh Adil Wicaksono, analis PT Millenium Penata Futures menilai, emas mencoba naik setelah Paman Sam menunda kenaikan suku bunga, setidaknya hingga beberapa pertemuan The Fed berikutnya. Namun, emas tetap belum mampu kembali menembus US$ 1.200. Tetap ada spekulasi Menurut Suluh, meski saat ini rebound, prospek harga emas masih redup hingga akhir tahun ini. Sebagian investor mengalihkan aset mereka ke Rusia, pasca kenaikan suku bunga yang sangat tajam di negara tersebut. Imbal hasil di negeri Beruang Merah lebih menarik ketimbang emas. "Sentimen penundaan kenaikan bunga The Fed hanya menahan harga logam mulia ini tidak sampai jatuh dalam," papar Suluh. Meski demikian, masih ada potensi harga emas naik. Ini apabila Bank Sentral Korea dan Bank Sentral India menambah cadangan devisa dalam bentuk emas.