Kekayaan Salim dan CT melonjak signifikan



JAKARTA. Forbes kembali merilis daftar konglomerat urutan teratas di Indonesia pada tahun 2012. Kakak beradik Budi Hartono dan Michael Hartono tetap bertahan di peringkat pertama dengan kekayaan senilai US$15 miliar. Kekayaan keduanya meningkat US$1 miliar yang sebagian besar dikontribusikan dari kepemilikan saham di Sarana Menara Nusantara.

Meskipun demikian kepemilikan saham di PT Bank Central Asia (BBCA/BCA) tetap menjadi kontributor utama total kekayaan mereka dengan nilai mencapai US$11 miliar. Tak ketinggalan, keluarga ini juga memiliki perusahaan rokok Djarum, perkebunan kelapa sawit, dan pusat perbelanjaan terbesar di Indonesia, Grand Indonesia.

Eka Tjipta Widjaja menduduki posisi kedua dalam daftar dengan nilai kekayaan sebesar US$7,7 miliar, turun US$300 juta dari tahun sebelumnya. Keluarga Eka Tjipta memiliki Golden Agri- Resources yang merupakan perusahaan sawit terbesar kedua di dunia.


Susilo Wonowidjojo berada di posisi ketiga dalam daftar dan merupakan konglomerat yang mengalami penurunan nilai kekayaan terbesar tahun ini. Nilai kekayaan Susilo turun US$3,1 miliar menjadi US$7,4 miliar seiring turunnya harga saham produsen rokok PT Gudang Garam yang dimiliki Susilo Wonowidjojo dan keluarga.

Saham Gudang Garam anjlok hampir 25% akibat penurunan laba bersih sebesar 22% di sembilan bulan pertama tahun 2012. Meski rokok keretek sangat populer di Indonesia, pemerintah AS memberlakukan larangan atas jenis rokok tersebut karena kekhawatiran pemberian perisa pada rokok akan menarik keinginan orang terutama anak-anak untuk merokok.

Anthoni Salim dan Chairul Tanjung menempati peringkat keempat dan kelima dalam daftar. Anthoni Salim memiliki perusahaan dengan beragam bisnis seperti semen, ritel, dan telekomunikasi. Kekayaan Anthoni Salim melonjak $1,6 miliar menjadi US$5,2 miliar.

Sementara kekayaan Chairul Tanjung (no. 5) meningkat US$1,3 miliar menjadi US$3,4 miliar berkat perkembangan pesat Trans Corp Media. CT Corp milik Chairul Tanjung memiliki saham di Bank Mega, taman rekreasi dan mengoperasikan waralaba Armani dan Jimmy Choo.

Justin Doebele, Penasihat Redaksi Forbes Indonesia melihat, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil tahun ini berkontribusi dalam peningkatan kekayaan para konglomerat. “Khususnya mereka yang memiliki fokus bisnis di barang konsumer dan jasa bagi para konsumen kelas menengah,” ujarnya.

Pendatang baru dalam daftar tahun ini dia ntaranya, Lim Hariyanto Wijaya Sarwono (no. 30), salah satu miliarder di negara ini dengan kekayaan senilai US$1,03 miliar setelah mencatatkan saham perusahaan sawitnya, Bumitama Agri, di Singapore Exchange.

Pendatang baru lainnya termasuk Alexander Tedja (no. 36) dengan kekayaan senilai US$790 juta, Sudhamek (no. 38) dengan kekayaan senilai US$760 juta dan Eddy Kusnadi Sariaatmadja (no. 40) dengan nilai kekayaan US$730 juta.

Catatan saja, Forbes menyusun daftar ini berdasarkan komposisi kepemilikan saham dan informasi keuangan yang diperoleh dari keluarga dan perorangan, bursa saham, analis, dan sumber-sumber lainnya. Jumlah kekayaan juga memperhitungkan kepemilikan saham yang dimiliki oleh keluarga besar seperti pada penghitungan kekayaan Susilo Wonowidjojo.

Kekayaan yang diperoleh dari perusahaan publik dihitung berdasarkan harga saham dan nilai tukar uang per 14 November 2012. Sementara itu, dasar penghitungan untuk perusahaan tertutup menggunakan perusahaan sejenis yang sahamnya diperdagangkan secara publik sebagai pembanding.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: