Kekerasan di Irak mereda, harga minyak turun lagi



JAKARTA. Setelah menembus level tertinggi sejak Mei 2011, harga minyak mengalami koreksi. Meredanya kekerasan yang terjadi di Irak membuat harga minyak koreksi setelah menyentuh level US$ 107 per barel.Data Bloomberg menunjukkan, Selasa(17/6) hingga pukul 16.00 WIB harga minyak terkoreksi 0,62% dari hari sebelumnya ke level US$ 106,23 per barel. Namun, jika di bandingkan sepekan terakhir harga minyak tumbuh 1,80%. Bahkan harga minyak melonjak 10,13% dari akhir tahun 2013."Dengan tidak adanya serangan langsung terhadap Baghdad, kita bisa melihat harga minyak terkoreksi lebih lanjut," kata Michael McCarthy, seorang kepala strategi di CMC Markets di Sydney.Nizar Hilmy, analis PT SoeGee Futures mengatakan harga minyak kini sedang konsolidasi karena beberapa hari terakhir minyak sudah menyentuh level tertingginya."Kini pasar sedang menunggu perkembangan baru dari Irak, jika kondisi Irak memanas maka harga akan kembali mengalami penguatan," kata Nizar.Nizar bilang, dua hingga tiga pekan ke depan, jika geopolitik yang terjadi di Irak tetap memanas, kemungkinan besar harga minyak akan menyentuh level US$ 109-US$ 110 per barel. "Dengan catatan ada intervensi dari AS," kata Nizar.Selain menunggu perkembangan baru dari Irak, pasar juga sedang menunggu jelang pertemuan Komite Ekonomi Federal (FOMC Meeting) pada 18-19 Juni mendatang.Jika cadangan minyak mingguan yang dirilis lebih rendah dari pekan sebelumnya -2,6 juta barel, maka harga akan menguat seiring permasalahan yang terjadi di Irak.Secara teknikal, harga berada diatas moving average (MA) 25. Dan beberapa indikator seperti RSI di level 70% dan sthocastik 80%, keduanya mengindikasi jenuh beli (overbought). Dan garis Moving average convergence divergence (macd) di area positif dan membentuk kurva up trend.Sepekan ke depan, Nizar memprediksi harga minyak akan berada di kisaran US$ 105-108 per barel. Hingga akhir tahun 2014 nanti harga minyak kemungkinan akan berada di range US$ 100-US$ 103 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie