Kekeringan Melanda, Jokowi: Semua Negara Ngerem Ekspor Beras



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menceritakan sulitnya mencari beras impor. Hal tersebut lantaran kekeringan yang terjadi pada hampir semua negara. 

Kekeringan yang terjadi merupakan imbas dari perubahan iklim yang sulit dihitung dan diprediksi. Di Indonesia sendiri dampak perubahan iklim yakni El Nino terjadi pada 7 Provinsi yang pada akhirnya menyebabkan turunnya produksi padi. 

"Gelombang panas kita ada 7 provinsi kemarin kekeringan sehingga produksi beras kita menurun," kata Jokowi dalam Kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (7/11).


Baca Juga: Kabar Baik, Bansos Beras 10 Kg untuk 22 Juta KPM Bakal Lanjut Hingga Juni 2024

Dampak perubahan iklim yang dirasakan semua negara tersebut, menyebabkan negara-negara produsen memilih mengerem ekspor beras mereka. Hal tersebut guna mengamankan ketersediaan bagi kebutuhan dalam negerinya.

Padahal dulu, Jokowi menceritakan banyak sekali negara yang menawarkan pasokan beras. 

"Semuanya merasakan, sehingga kalau dulu kalau kita mau impor beras semua negara menyodorkan ‘Pak, kami punya sekian juta ton, kami punya, kami punya’ sekarang ini mau impor beras tanya ke Pak Zulkifli hasan, sulit mencari barangnya. Semua negara ngerem tidak ekspor beras untuk menyelamatkan rakyatnya masing-masing," jelasnya.

Ia mengatakan, ada 22 negara sekarang yang dahulu merupakan pengekspor beras sekarang menghentikan ekspornya. 

Baca Juga: Bulog: 200.000 Ton Beras Impor Sisa Kuota Tahun 2023 Segera Masuk

Oleh karenanya, Jokowi menegaskan kedaulatan dan ketahanan pangan harus menjadi program Indonesia ke depan. 

Selain perubahan iklim, Ia menjabarkan tantangan global juga terlihat dari ketidakpastian ekonomi global, serta peperangan yang terjadi di beberapa negara. Kendati demikian, Ia optimistis Indonesia bisa menghadapi tantangan tersebut dengan semangat persatuan yang kuat. 

“Oleh sebab itu, sering saya sampaikan 2024, 2029, 2034 ini adalah momentum yang sangat menentukan Indonesia bisa melompat maju atau tidak sehingga dibutuhkan kepemimpinan nasional yang kuat, persatuan yang kuat, kekompakan yang kuat,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli