KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak bergejolak di pekan ini. Sentimen dari ekspektasi meningkatnya pasokan datang di saat kasus virus corona juga mulai melonjak yang dapat menyebabkan pembatasan dan permintaan yang tertekan. Jumat (16/7), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman September naik 12 sen atau 0,2% menjadi US$ 73,59 per barel. Setali tiga uang, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Agustus 2021 naik 16 sen atau 0,2% ke US$ 71,81 per barel.
Sebelumnya di sesi yang bergejolak ini, kedua harga minyak mentah acuan itu turun lebih dari US$ 1 per barel. Meskipun mengalami penguatan tipis di akhir pekan, namun Brent turun hampir 3% untuk minggu ini. Ini menandai penurunan untuk minggu ketiga berturut-turut untuk pertama kalinya sejak April 2020.
Baca Juga: Harga minyak melemah, menuju penurunan mingguan terbesar dalam beberapa bulan Sedangkan harga WTI turun hampir 4% pada minggu ini, yang akan menjadi persentase penurunan mingguan terbesar sejak Maret. Pada perdagangan akhir pekan, harga minyak mendapat dorong dari penjualan ritel Amerika Serikat (AS) yang secara tak terduga meningkat pada bulan Juni. Ini terjadi karena permintaan barang tetap kuat bahkan ketika pengeluaran beralih kembali ke layanan, memperkuat ekspektasi bahwa pertumbuhan ekonomi meningkat pada kuartal kedua. Dengan harga minyak yang naik selama beberapa bulan terakhir, jumlah rig minyak AS melanjutkan kenaikannya yang lambat, dengan naik dua rig pada minggu ini menjadi 380 unit aktif. Ini adalah jumlah tertinggi sejak April 2020, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes. Berdasarkan data pemerintah, produksi minyak mentah AS telah meningkat 300.000 barel per hari (bph) selama dua minggu terakhir, naik menjadi 11,4 juta barel per hari dalam pekan yang berakhir 9 Juli, tertinggi sejak Mei 2020. Rencana Arab Saudi dan Uni Emirat Arab untuk kembali kompromi yang sempat gagal di awal bulan ini, membuka jalan bagi produsen OPEC+ untuk menyelesaikan kesepakatan untuk meningkatkan produksi. "Semakin lama waktu yang dibutuhkan OPEC+ untuk mengumumkan pertemuan luar biasa untuk memberikan suara pada barel ekstra, semakin menyiratkan anggota OPEC+ lainnya mungkin juga menginginkan kenaikan kuota dasar mereka," kata Bob Yawger,
Director of Energy Futures Mizuho di New York, mencatat laporan bahwa Irak sedang berusaha untuk meningkatkan basisnya.
Baca Juga: Harga emas spot koreksi ke US$ 1.812 per ons troi pada akhir perdagangan Jumat (16/7) OPEC+, yang mengelompokkan Organisasi Negara Pengekspor Minyak dengan Rusia dan produsen lainnya, sebelumnya gagal menyepakati setelah UEA mencari dasar yang lebih tinggi untuk mengukur pengurangan produksinya.
OPEC mengatakan, pihaknya memperkirakan permintaan minyak dunia akan meningkat tahun depan ke sekitar level yang terlihat sebelum pandemi, yakni di kisaran 100 juta barel per hari, dipimpin oleh pertumbuhan permintaan di Amerika Serikat, China dan India. Tetapi peningkatan kasus virus corona terkait dengan varian Delta yang sangat menular dapat memicu penguncian baru yang kemungkinan akan mengurangi perkiraan permintaan minyak
bullish baru-baru ini. Di Amerika Serikat, Los Angeles County akan memberlakukan kembali mandat menggunakan masker pada akhir pekan ini. Inggris melaporkan jumlah kasus baru Covid-19 tertinggi dalam lebih dari enam bulan pada hari Jumat.
Editor: Anna Suci Perwitasari