Kekhawatiran Omicron Mereda, Harga Minyak Ditutup ke Level Tertinggi Dalam Sebulan



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak melonjak lebih dari 2% pada perdagangan awal pekan ke level tertinggi sejak akhir November 2021. Sokongan muncul di tengah harapan bahwa virus corona varian Omicron akan berdampak terbatas pada permintaan global di tahun 2022, bahkan ketika melonjaknya kasus menyebabkan pembatalan sejumlah penerbangan.

Senin (27/12), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Februari 2022 melonjak US$ 2,46 atau 3,2% dan ditutup di level US$ 78,60 per barel.

Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Februari 2022 juga ditutup menguat US$ 1,78 atau 2,4% menjadi US$ 75,57 per barel. Pasar Amerika Serikat (AS) ditutup pada hari Jumat untuk liburan.


Kedua harga acuan minyak mentah ini naik pada hari Senin ke level tertinggi sejak 26 November. Pada hari itu, minyak jatuh lebih dari 10% ketika laporan varian baru pertama kali muncul.

Data awal menunjukkan bahwa varian Omicron dapat menyebabkan tingkat penyakit yang lebih ringan menjadi pendorong bagi penguatan harga di awal pekan ini.

Baca Juga: Harga Minyak Jatuh Setelah Pembatalan Penerbangan Akibat Covid-19

"Meskipun varian Omicron menyebar lebih cepat daripada varian Covid-19 mana pun, berita yang relatif melegakan adalah bahwa kebanyakan orang yang terinfeksi Omicron menunjukkan gejala ringan, setidaknya sejauh ini," kata Leona Liu, analis DailyFX yang berbasis di Singapura.

Terbaru, pemerintah Inggris tidak akan memberlakukan pembatasan Covid-19 baru untuk Inggris sebelum akhir 2021. Hal itu diungkapkan Menteri Kesehatan Inggris, Sajid Javid, pada hari Senin.

Di sisi lain, lebih dari 1.300 penerbangan dibatalkan oleh maskapai AS pada hari Minggu (26/12) karena Covid-19 mengurangi jumlah awak yang tersedia. Sementara itu, beberapa kapal pesiar harus membatalkan pemberhentian karena lonjakan kasus Covid-19.

"Gangguan terhadap barang dan jasa dari pekerja yang terisolasi, terutama perjalanan udara, tampaknya menjadi dampak utama sejauh ini," jelas Jeffrey Halley, Analis OANDA.

Dia menambahkan, dengan meningkatnya kasus Omicron, maka dapat menyebabkan kegelisahan jangka pendek, walau pemulihan global untuk 2022 masih di jalurnya.

Harga minyak telah melesat lebih dari 50% pada tahun ini. Penguatan didukung oleh pulihnya permintaan dan pengurangan pasokan oleh OPEC+.

Baca Juga: Wall Street Sumringah, S&P 500 Cetak Rekor Tertinggi Usai Penjualan Ritel Melonjak

Pembicaraan antara kekuatan dunia dan Iran untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Teheran tahun 2015 kembali dilanjutkan awal pekan ini. Iran mengatakan, ekspor minyak adalah fokus pembicaraan, yang sejauh ini tampaknya hanya membuat sedikit kemajuan dalam meningkatkan pengiriman Iran.

Juga dalam radar investor adalah pertemuan OPEC+ berikutnya yang dijadwalkan pada 4 Januari. Aliansi produsen minyak ini akan memutuskan apakah akan melanjutkan dengan rencana peningkatan produksi 400.000 barel per hari (bph) pada Februari 2022.

OPEC+ tetap pada rencananya pada pertemuan terakhirnya untuk meningkatkan produksi untuk Januari meskipun Omicron.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari